Monday 15 December 2008

SK - Hari 29: DALAM KERENDAHAN HATI ADA KEDAMAIAN


Tekadku hari ini adalah untuk menerima Sakramen Tobat. Siapa yang Misa ya hari ini? –Yang jelas ya Romo…masalahnya Romo siapa, nah itu yang ngga tahu…- Memang ada kegelisahan dan pertimbangan, mana Imam yang paling dapat membantuku dalam hal ini. Namun aku menyia-nyiakan kesempatan baik bila hanya berpikir sampai sebatas itu. Lagi pula siapapun Imamnya, di dalam ruang PD aku akhirnya berhadapan dengan Tuhan sendiri. Toh, pelayananku sudah berakhir, ini gelombang yang terakhir juga.
Akhirnya setelah bergumul antara ya dan tidak, menjelang akhir Misa, aku mendekati Rm.Wahyu dan mengatakan: “Romo, habis Misa saya mau minta Sakramen Tobat”
Dengan perantaraan ImamNya, Tuhan menyapa namaku dan memanggil aku anakNya, dan Ia mengatakan:
“St.Theresia dari Avila mengatakan: kebahagiaan manusia terletak pada kerendahan hatinya. Rendah hati, rendah hati dan sekali lagi rendah hati. Humility, humility and once again humility.” Dan Ia pun memberikan nasihat dan penitensi kepadaku, yakni doa kerendahan hati. (Romo, doanya nggak ketemu tuh di MB??? Akhirnya ya ngarang doa sendiri deh…)
Jelas rasanya benang merah dari semua pengalamanku di sini berakar dalam kerendahan hati (dan kedamaian).
aku semakin percaya bahwa di dalam ruang pengakuan, para Imam hanyalah perantara yang digunakan Tuhan. Maka siapapun Imam yang berada di dalam ruang itu, entah Rm.Har atau Rm.Wahyu, aku percaya bahwa Tuhan akan memberikan pesan yang sama.
Tuhan, aku bahagia karena dapat memperoleh titik tengah antara kerendahan hati dan kedamaian. Dalam refleksiku, aku melihat pengalaman jatuh kemarin sebagai suatu gambaran tentang bagaimana orang yang meninggikan hatinya/tinggi hati. Semakin tinggi hatinya, semakin menyakitkan jatuhnya. Karena itu ya Tuhan, sebagaimana yang kutuliskan pada saat pertama kali, bahwa aku mau belajar menempatkan hatiku di tempat yang paling rendah, karena “Ketika HATI diletakkan di tempat yang paling RENDAH, hati tidak lagi merasa takut, karena tidak ada lagi kemungkinan untuk JATUH” dan di tempat itulah, hati merasa nyaman. Bila hati merasa nyaman, berarti ada rasa damai.
Tuhan, terima kasih untuk semuanya ini.

Sorenya aku membuka email di showroom, tiba-tiba Rm.Wahyu masuk dan berkata dengan agak keras: “What the hell are you doing?!” –Desigh!! Itu perkataan yang sangat kasar, bahkan lebih kasar dari kata “brengsek” yang kadang muncul dari mulutnya- Salah apa aku? Apa karena aku tidak ijin untuk menggunakan komputer ini?
“Bisa dimatikan nggak?... Saya mau bicara sama kamu sebentar bisa nggak?” (Desigh!!! Desigh!!! Apa salahku ya?) Detak jantungku berdegup sedikit kencang meski kucoba untuk bersikap tenang. Tapi dasar perasaan memang tidak mau diajak kompromi. aku pun mencari Beliau dan mengikutinya ke kantor.
Ternyata di sana aku hanya diminta untuk menceritakan pengalaman yang kudapat selama di RR (Gubrak!!!) –sialan, gw dah stress seperempat mampus gitu!- Maka kuceritakan bagaimana aku belajar dari tim RR dan pencarianku untuk menjadi rendah hati, selain ada misi khusus yang kubawa. aku katakan juga bahwa di sini aku merasa enjoy karena dapat menggabungkan 2 hal dominan dalam hidupku. Beliau mengatakan bahwa mereka senang dengan kahadiranku (syukurlah). Beliau juga mengajariku bahwa setiap orang mempunyai nilai rohani yang ingin dibagikan. Nilai rohani dari Beliau adalah: pengorbanan. Tentu ini dilatarbelakangi oleh masa lalunya, oleh pengalaman ditinggalkan dan jauh dari sumber cintanya. Namun dalam refleksinya Beliau melihat Yesus dan menyadari bahwa itu semua Tuhan berikan untuk menunjukkan kemuliaanNya dan bahwa Tuhan itu baik.
Lalu Beliau bertanya padaku, nilai rohani apa yang mau kubagi? Saat itu aku menjawab Kedamaian, Kerendahan hati dan Kejujuran. Beliau mengharapkan aku dapat mengolah semua pengalaman ini untuk mendapatkan suatu gambaran bingkai/frame dalam hidup rohaniku. Terima kasih, Romo!
Sore menjelang malam, aku ikut Rm.Wahyu dan Sr.Beatrix ke Podomoro. Di depan showroom ada Rm.Har yang bertanya: “Mau kemana, rin?” Kemudian pembicaraan mengarah ke soal jadwal retret SMP. Beliau minta supaya aku pulang tanggal 2. Sebenarnya, aku bisa saja mengubah rencana pulangku, namun aku mau menjadi orang yang konsisten. Dulu dah memilih tanggal 1 ya tanggal 1. Lama-lama Beliau bilang: “Wislah, kowe tinggal kene, rak usah dadi sr! pacaran aja, cari cowok!!!” (Gubrak!!!)
Malamnya Veny dan aku mengisi intermezzo sejenak. Lalu pulang darisana kami makan pecel lele dan masih berlanjut dengan muter-muter kota Palembang, lewat Ampera juga, sampai akhirnya kami baru pulang pk.00:00
Terima kasih, Tuhan untuk hari ini. Hari yang indah. Gembalaku yang Baik, aku mau mencintaiMu, karena itu ajarilah aku bagaimana caranya.
Kanak-Kanak Yesus yang manis, berilah aku semangat yang besar untuk mencintaiMu supaya aku rela dan berani meninggalkan diriku demi Engkau.

0 comments: