Monday 15 December 2008

SK - Hari 21: BERANI AMBIL KEPUTUSAN


Pagi tadi ada evaluasi. Rm.Wahyu tengkar dengan Mas Supri. Hehehe, ternyata orang yang berwajah lunak bisa begitu keras juga. Ini pertengkaran yang membosankan. Mungkin aku terlalu sering melihat pertengkaran yang jauh lebih mengerikan. Di satu sisi, keterbukaan memang baik sehingga satu tim dapat saling memahami duduk perkaranya. Di sisi lain, perlu alokasi waktu yang lebih tepat untuk menyelesaikan persoalannya dan menghabiskan emosi yang mengganjal. Menurutku, masalahnya terletak pada keberanian untuk mengambil keputusan. Rm.Wahyu juga bilang padaku: “Pokoknya nanti sebelum pulang, irene harus membuat laporan dan menceritakan pada saya apa yang dia dapat selama berada di rumah retret ini!” (desigh…!!!)
Siang harinya Rm.Wahyu, Sahala dan aku makan siang bersama. Mereka sharing banyak hal khususnya soal mimpi lalu mengarah ke persoalan pilihan hidup dan keberanian untuk mengambil keputusan. Dalam pembicaraan ini, aku lebih bersikap pasif karena aku ingin belajar dari mereka. Lalu Rm.Wahyu mengatakan: “Tinggal tunggu keputusan dari irene aja!” (lho…???) “Keputusan apa?” tanyaku. “Ya nggak tahu apa!” sahutnya dengan nada iseng. (desigh!!!). Hehehe, ternyata bukan hanya aku yang suka usil dengan jawaban-jawaban.
Sore ini Rm.Wahyu (kok Rm.Wahyu mulu sih?!) banyak bertanya tentang diriku dan aktifitasku. Beliau melontarkan pertanyaan-pertanyaan ajaib: Sejak kapan kamu mulai berani tampil? Menerima diri apa adanya? Kamu dari St.Irenaeus ya?
Tuhan, saat aku menuliskan ini, aku teringat pada suatu tempat. aku merindukan berada di tempat itu. Tuhan, apakah aku berani mengambil keputusan untuk pergi ke tempat antah berantah itu?
Tuhan, waktuku tinggal sedikit. aku bahagia dengan kesempatan berada di sini. aku senang dan masih ingin tinggal lebih lama lagi. aku sempat berpikir, bagaimana seandainya bila aku mundur 1 tahun lagi untuk membantu di tempat ini? Tuhan, kulihat ini sebagai keinginan dan euforiaku sementara karena aku enjoy. Tapi kusadari, aku tidak begitu enjoy pada saat tidak ada kegiatan retret, dan kusadari pula bahwa aku juga tidak pernah akan bisa ambil keputusan bila aku ragu-ragu dan takut, tidak berani ambil resiko. Tuhan, tolonglah aku, bila memang ini jalan yang Kaupilihkan untukku, teguhkanlah aku. Gambaran para Saudari Klaris muncul berkali-kali dan tak kunjung hilang. Tuhan, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaanku saat ini, aku bingung. Tapi aku tahu, bila aku tidak berani menentukan keputusanku, memilih dalam kebebasanku, maka aku tidak akan maju dan menjadi pribadi yang utuh.
Santa Maria dan Santo Yosef, Ibu dan Ayahku, ke dalam tangan Ibunda dan Ayahnda, aku menyerahkan seluruh hidupku, mohon restumu supaya aku berani mengambil resiko dalam memilih. aku hendak memilih Tuhanku dan Allahku, Sang Gembala Baik.
Eh, aku kagum melihat ketulusan anak-anak SD Xav Jambi dalam ketaatan dan ketertiban mereka untuk beribadah. Kapan ya anak-anak Jakarta bisa seperti itu?

0 comments: