Monday 15 December 2008

catatan kecil

1 Maret 2007 s/d 1 April 2007, saya ada di Rumah Retret Giri Nugraha. Intensi saya berada di tempat itu adalah untuk belajar mendampingi kaum muda dari segi spiritualitasnya. Dalam hal ini saya dibantu oleh tim Retret setempat juga oleh teman-teman yang berintensi sama.

Inilah beberapa catatan refleksi yang bisa saya bagi. Memang catatannya agak personal dan terlalu jujur, namun saya berharap bahwa tulisan-tulisan ini dapat menjadi berkat bagi siapa pun yang membacanya.

salam damai

SK - Hari 1: BERBEDA


Pk. 17.35 adalah saat pertama aku menginjakkan kaki di negeri pempek ini. Kesan pertama yang kujumpai adalah adanya perbedaan. Bandara ini jauh lebih bagus dari ekspektasiku. Mungkin karena referensiku selama ini adalah bandara nan imut di Semarang. Well, apapun juga, harus kuakui, Jakarta yang konon megah ternyata kalah (malu nih ye!!!).
Setelah mengambil koperku, yang berikutnya kutuju adalah Galuh. Ini dia, malaikat yang menuntun aku hingga aku dapat sampai di Palembang. Kuingat ketika pertama kali dia mengajak kenalan: “Ini Galuh. Kenalan dooong…!” di sela-sela obrolan kabel tumpang-tindih antar YDCers, tgl 24 Mei 2006 pk.21:22. Relasi kami bertumbuh terus. Kami bisa saling cerita dan saling memimpikan satu sama lain. Sayang, kami selalu dibatasi kabel dan satelit hingga tak pernah bisa saling memandang. Ini pula yang sedikit mengkhawatirkanku, tapi aku yakin, pasti ada cara hingga aku dapat menemukannya. “Kita nunggu di kedatangan internasional!” serunya via HP. Ok, dan akupun beranjak. Tak lama kususuri bandara, kulihat seorang gadis bersebelahan dengan seorang pemuda. Tersenyum ramah. Tak salah lagi, “Ini pasti Galuh”. Gadis itu tertawa.
Kami berdua tertawa bersama. Mengapa? Ya karena gambaran yang sudah melekat dalam benak kami sungguh berbeda. Gambaran tentang Galuh yang kuperoleh dari orang-orang sama sekali tidak menggambarkan dia yang sesungguhnya. aku yakin, dia pun berpikiran sama. Setelah mendengarkan beberapa kalimat yang terlontar dari mulutnya, yakinlah aku bahwa ini juga suara yang nyerocos di telponku.
“Kak, nanti langsung ikut Adorasi ya!” katanya di sebelah Mas Iin yang mengemudi. Inilah Galuh… inilah Galuh… inilah Galuh… ini Galuh (sengaja dibikin GR dulu biar jerawatnya nambah!) kucoba membuang gambaran tentangnya yang pernah kubuat dan mengisinya dengan figur dia yang sekarang ada bersamaku. Aku tak mau bila gambaran fisik yang berbeda sampai mengurangi rasa penghargaanku terhadapnya, dan akupun tak mau bila yang sebaliknya terjadi. Lagipula, persahabatan dalam kamusku tidak pernah mengenal SARA (Suku, Agama, Ras,… Anatomi %^&*@??).
Pk. 17.55 aku tiba di RR Giri Nugraha. Aku langsung diantar ke tempat tinggalku yang sementara. “Prevot” nama tempat itu. “Salam jumpa Pangeran Kesederhanaan” ucapku dalam hati. Kesederhanaan selalu melekat dalam benakku tatkala aku mengunjungi tempat yang tidak berorientasi pada harta. Memang tempat yang kubayangkan sekali lagi berbeda. Kutempatkan koperku di kamar tengah. Akupun beranjak bersama Galuh ke tempat adorasi. RR ini njlimet, pasti butuh waktu beberapa hari sampai aku, si orang bodoh ini, dapat mengenalnya.
Adorasi bergaya Taize ini hanya membawa pikiranku melayang kembali ke Jakarta dimana aku dipercaya untuk mengkoordinir KDM Tz. Yang pasti aku menahan diriku untuk tidak tampil belagu, meski secara tidak sadar kadang aku menyanyikan lagu-lagunya untuk suara yang alto atau tenor. aku tahu, aku hanyalah orang asing disini dan aku mau belajar sesuatu dari tempat ini. aku yang belajar, bukan aku yang mengajar.
Malam itu juga, Rm.Haryoto memberitahu bahwa tulisanku “Bocah Kecil di Kamar Pengakuan” dimuat di majalah HIDUP. Skeptis aku bersikap karena aku tidak mendapat kabar dari redaksi dan aku sendiri tidak melihatnya. aku hanya bersyukur bahwa itu terjadi dan aku bahagia bila itu berguna.
aku juga ngobrol banyak dengan Galuh. Kami berdua kagum dengan keajaiban, bagaimana kami bisa saling percaya satu sama lain tanpa pernah bertatap muka. “Segitu kuatnya ya persahabatan itu?” kata Rm.Santoso. Itulah yang terjadi. Ada perbedaan konsep persahabatan yang kami rasakan yang berbeda dengan yang biasanya terjadi, dan itu harus kami akui dan kami terima. Sebagai pengikut Kristus, aku semakin percaya bahwa cinta kasih dapat menyatukan orang, siapapun dia.
Malam sebelum aku tidur, kutuliskan pada selembar kertas kecil:
“Ingatlah, bahwa kamu datang ke tempat ini bukan untuk mengajar, melainkan untuk diajar.
Karena itu, letakkanlah hatimu di tempat yang paling rendah yang dapat kamu jangkau, supaya kamu belajar menjadi rendah hati, tidak hanya di hadapan sesamamu namun juga di hadapan Tuhan.”
Tulisan ini kutempelkan di dekat pintu supaya aku selalu melihatnya, membacanya dan mengingatnya.

Inilah misi yang kubawa. aku mau belajar menjadi orang yang rendah hati. Selama ini aku memang tidak (merasa) sombong, namun aku tidak pernah sungguh-sungguh menyadari apa rasanya atau seperti apa menjadi rendah hati itu.
Hari ini aku belajar, bahwa orang yang rendah hati harus berani membuka diri terhadap perbedaan, harus berani menerima perbedaan, dan akhirnya harus mau membaur dengan perbedaan itu sendiri.

SK - Hari 2: PERCAYA dan TAK PERCAYA


Hari ini aku berjumpa dengan orang-orang yang tidak mempercayai maksud dan tujuanku datang ke tempat ini. Bahkan kata seorang teman, pastor parokiku sendiri menyuruhnya melaporkanku bila aku menceritakan hal-hal yang buruk (sebegitunya kah? Tapi apa yang kupunya hingga orang percaya padaku?). kuterima ini sebagai sebuah rambu-rambu. aku yakin, Beliau bermaksud baik, dan baik juga bagiku sendiri supaya aku tidak tergoda untuk membicarakan hal-hal yang buruk yang tidak berguna. Romo dari paroki lain yang juga kujumpai malah menyuruh aku pulang saja, “Ngapain kamu di sini? Nggak enak, mendingan kamu pulang aja ke Jakarta!” serunya. Juga ada Sr.Teresito yang malah mengatakan: “Bocah edan, ngapain sampe sini?!”
Tuhan, terima kasih atas ketidakpercayaan mereka. Biarlah itu terjadi. Tidak semua maksud baik dapat langsung diterima mentah-mentah. aku dapat memahami ketidakpercayaan mereka. Barangkali mereka juga masih menyimpan imageku yang terakhir ketika mereka melihatku. aku yang kecil n polos tak berdaya. Barangkali ada juga rasa tidak percaya bahwa aku akan mengemban tugas yang begitu mulia. Ya, siapa aku sampai Tuhan mau menggunakanku? Namun aku ingat banyak tokoh besar dalam KS yang mempertanyakan diri mereka tatkala Tuhan mengutusnya. Tapi Tuhan tidak peduli, karena Ia percaya pada mereka dan tetap memberikan pada mereka tugas perutusanNya.
Manusia seringkali tidak mempercayai Tuhan, namun Tuhan selalu mempercayai manusia dan itu sebabnya Tuhan selalu berkenan hadir dan tinggal dalam hati manusia.
Tuhan, ajarilah aku percaya kepadaMu, bahwa Engkau akan menolongku dalam tugas-tugasku di tempat ini. Hanya satu yang kupinta Tuhan, bahwa bukan aku lagi yang muncul di hadapan setiap orang yang kujumpai, melainkan Engkau sendiri yang terpancar melaluiku. Tuhan, ajarilah aku rendah hati dan tidak menyombongkan diri, karena aku tahu semua hal yang baik berasal dari cinta kasihMu sendiri. Bantulah aku menyadari bahwa dengan sikap ketidakpercayaan yang kuterima ini, tak ada alasan bagiku untuk menjadi sombong melainkan rendah hati. Tuhan, ajarilah aku untuk percaya kepadaMu sebagaimana Engkau percaya kepadaku, agar dengan demikian aku mampu merendahkan hatiku dan meninggikan Engkau.

SK - Hari 3: AKRAB

Hari ini aku diajak Rm.Kris jalan-jalan ke Komunio, Keuskupan dan Seminari. Hari ini juga pertama kalinya aku berjumpa dengan Rm.Sugi tanpa batas kabel dan satelit. Kulihat hari ini betapa orang-orang begitu akrab berjumpa satu dengan yang lainnya. Juga mereka yang berjumpa denganku mau menjadi akrab denganku. Inilah salah satu nilai yang kurindukan dari kota Jakarta yang selalu penuh egoisme.
Tuhan, hari ini aku belajar, orang yang rendah hati adalah orang selalu akrab dengan orang lain termasuk orang asing sekalipun. aku jadi ingat kisah si Samaria yang baik hati. Mengapa demikian? Tuhan, semoga aku dapat menemukan jawabannya.

SK - Hari 4: MEMANCING


Pagi ini aku ikut Misa di kapel bawah. Lidya, seorang YDC, berbaik hati menemaniku. Meski kami tak banyak bicara, namun aku melihat dia rela melakukan itu semua. Tiba-tiba ada Sr.Fausta yang duduk disampingku. Naluri isengku mulai bergejolak lagi. Aku tidak mengatakan apa-apa namun hanya tersenyum sampai Beliau menyadari siapa yang duduk di sebelahnya. Hahaha….dan sekali lagi aku mendapat kesan “tidak percaya” akan keberadaanku. Selesai Misa, aku pulang sebentar dan berkunjung ke biaranya, sekedar menjalankan wangsit yang Beliau ultimatumkan: “Awas kalo ngga main ke rumah, dosa kamu!”
Menjelang siang, hpku ribut terus. Rupanya sedang ada kegiatan di Provinsial SCJ dan aku diminta kesana oleh Rm.Sugi. Karena memang aku juga tidak ada kegiatan, maka aku ke sana (tentu saja dengan perantaraan orang-orang yang baik hati). Di sana sedang ada pertarungan memancing antar para Romo dan Bruder. Dengan rasa ngantuk dan bosan, aku coba melihat apa yang membuat mereka begitu heboh dan getol dengan memancing ini. Bahkan Rm.Sukadi yang gembar-gembor mau “kembali kerja” akhirnya bertekuk lutut juga di hadapan pancingannya. aku memperhatikan bagaimana mereka menunggu sambil berseda gurau dan saling menjatuhkan dan menyemangati. Berbagai strategi mereka kerahkan. Ada Br.Wid yang berkali-kali pindah tempat namun kurang beruntung. Bahkan ada juga yang kesal karena pancingannya nyangkut di kangkung sampai nyebur ke tengah empang. Ada juga yang mengerahkan tenaga dengan dasyat untuk melempar kail ke tengah, apa daya tenaganya terlalu kuat hingga kail pun bergeser lagi ke tepian. Hahaha…kasian dech lu… Lama-lama aku menikmati juga kegiatan mereka. (Oh ya, aku juga ketemu Br.Gatot “toeeng”. Maaf ya Br, jika aku tidak seperti yang Br bayangkan)
Hari ini aku juga dibawa Rm.Kris untuk ikut E-Club YDC. Intinya Beliau ingin memancing supaya anak-anak muda berani menggunakan bahasa Inggris yang telah mereka pelajari. Memancing keberaniannya, memancing juga kegagalan dan keberhasilannya.

Refleksiku kali ini kutulis dalam bait-bait dan kupersembahkan khusus buat Romo2 dan Br SCJ yang memancing hari ini. Tanpa kalian, mungkin aku takkan pernah mendapatkan refleksi ini:

Kami ikan-ikanMu, Tuhan
Menanti Engkau mengulurkan kailMu
Kami rindu akan umpan yang Kaulontarkan
Menggoda kami untuk mendekatiMu

Meski kami tahu
MotivasiMu untuk memancing
Tak pernah untuk mengambil kehidupan
Melainkan untuk memberikan kehidupan
Yang bahkan lebih baik

Kami ikan-ikanMu, Tuhan
Yang berotak mungil dan beriman kerdil
Kadang mencoba mengingkari diri
Meski tahu ada umpan yang segar dariMu
Kami malah berenang menjauh
Dan mencari umpan-umpan yang lebih menarik

Menarik karena kenikmatan lezatnya
Menarik karena kekayaan warnanya
Menarik karena kehormatan janji tahta aquarium

Syukurlah Tuhan
Engkau pemancing yang sabar
Engkau tak henti-hentinya menanti kami
Mencari segala cara untuk mendapati kami

Engkau berulang kali mengganti
Umpan kecil umpan besar
Engkau berpindah dari satu tempat ke tempat lain
Dari satu situasi ke situasi lain
Engkau mengubah caraMu melempar kail
Kadang dekat kadang jauh
Begitu jitu Engkau mencari kami

Barangkali tak jarang pula Engkau kesal
Jengkel karena ulah niat kami
Yang hanya meledek menikmati sebagian umpanMu
Dan meninggalkannya
Atau bahkan menghabiskannya
Tapi sok pintar
Dan tak mau ikut ‘jerat’ suciMu

Tuhan,
Kami ikan-ikanMu
Masih bolak-balik berenang di empang keruh dunia
Semoga belas sabarMu
Senantiasa memancing kami
Mendekati umpanMu
Dan membiarkan diri kami
Terpancing oleh cinta kasihMu

RRGN4/3/7

SK - Hari 5: BERBELAS KASIH


Hari ini aku merasakan bahwa Allah berbelas kasih kepadaku. Apa itu belas kasih? Apakah belas kasih selalu bermakna memberi kepada yang lebih lemah? Ternyata tidak. Belas kasih kumaknai seperti ini:
Belas = memberi = memenuhi kerinduan
Kasih = tanpa syarat
Maka berbelas kasih berarti memenuhi kerinduan tanpa syarat apapun.
Hari ini aku merasa bosan. aku hanya mendekam di kamar bersama buku-buku yang kubawa. Semakin kusadari betapa aku memang tidak penting bagi orang lain, namun aku mencoba menyadari bahwa Tuhan sedang memandangku dengan penuh belas kasih. Ia sudah memenuhi kerinduanku untuk pergi ke tempat ini tanpa syarat. Sedangkan aku? Sudahkah aku berbelas kasih kepadaNya? Memenuhi kerinduanNya tanpa syarat?
Tuhan, berikanlah aku hati yang peka supaya aku mengenal apa yang menjadi kerinduanMu terhadapku. Dan bilamana aku menemukannya nanti, bantulah aku untuk dapat memenuhinya tanpa syarat.
Hari ini aku belajar, salah satu ciri khas orang yang rendah hati adalah mau berbelas kasih terhadap sesamanya, terutama terhadap Tuhan. Tidak hanya cinta kasih yang kita berikan kepada Tuhan, namun juga belas kasih bagi Dia.

SK - Hari 6: “ALLAH MEMBERI PERHATIAN”


Ini hari pertama aku mendampingi retret. Lumayan, cukup berhasil meski belum baik. maklum, kan edisi perdana. Hari ini kurasakan bagaimana Allah memberi perhatian kepadaku lewat orang-orang yang hadir di sekitarku. Terima kasih Tuhan. Lalu bagaimana denganku? Sudahkah aku memberi perhatian kepada mereka di sekitarku?
Orang yang rendah hati adalah orang yang memberikan perhatian kepada orang lain. Mengapa? Karena mereka tidak pernah mementingkan diri mereka sendiri. Mereka menempatkan orang lain lebih dahulu. Inilah jawaban atas pertanyaan di hari ketiga. Maka, kalau aku masih mementingkan diriku, aku belum rendah hati. kusadari bahwa aku memang sering egois, terlalu asyik dengan diri sendiri hingga lupa memikirkan orang lain. Tuhan, bantulah aku untuk mulai merendahkan hatiku dengan memperhatikan orang-orang yang ada di sekitarku, karena di dalam mereka, Engkau hadir untukku.

SK - Hari 7: MANUSIA ITU LEMAH


Hari ini entah apa sebabnya, aku merosot jatuh di tangga menuju aula. Kepalaku terbentur anak tangga sebanyak 4 kali. Persis seperti film kartun Tom and Jerry yang konyol. Segera aku meraih pegangan tangga. Sedikit pusing aku mencoba bangun. Punggung dan kepalaku sakit. Sementara aku mendengar Sr.Beatrix yang berseru dari jendela aula. Entah apa yang dikatakan Beliau, yang jelas aku masih berusaha “mengumpulkan nyawaku”. Setelah merasa kuat, aku pun tertawa. aku tertawa karena merasa bodoh. Lha iya, wong nggak ada angin nggak ada hujan kok jatuh. aku tertawa, akhirnya aku bisa jatuh juga setelah sekian lama aku tidak jatuh, bahkan aku tidak ingat kapan aku jatuh terakhir kalinya. Syukurlah aku tidak apa-apa, hanya memar di beberapa tempat. Yang pasti aku tertawa puas, menertawakan diriku sendiri yang jatuh dengan konyol. Hahaha…
Tuhan, terima kasih atas pengalaman jatuh yang Engkau berikan. aku semakin sadar bahwa tanpa Engkau, aku bukanlah apa-apa. Terima kasih pula karena Engkau masih melindungiku hingga aku dapat berkaca dan menertawakan diriku sendiri. aku tidak malu meski banyak orang melihat aku jatuh dan mengolok-olok aku. aku yakin, Engkau sahabatku yang baik, pasti juga ikut tertawa di Surga sana. Tapi aku nggak marah, Tuhan. Lha wong memang lucu, aneh bin ajaib sih. Memang aku mengakui bahwa aku ini lemah, bahwa manusia itu lemah. Tanpamu aku bukan apa-apa. Dan seperti yang dikatakan dalam permenungan Rm.Noel SDB (klo gak salah):
CHRISTIAN = CHRIST + I + Am + Nothing = without “Christ” I am nothing. Tanpa Kristus, aku bukan apa-apa, bukan pula pengikutNya.
Tuhan, semoga dengan pengalaman ini, aku makin rendah hati.

SK - Hari 8: KECEMPLUNG


Hari ini aku sudah mulai di percaya untuk memegang sesi berdua dengan Rm.Wahyu, hanya saja karena ada kesalahan, Beliau malah meninggalkanku yang cengo bingung abis ngga tahu harus ngapain (Desigh!!!). Tapi untung masih ada Sr.Erik yang mau membantu. Sebagai imbasnya, aku harus membantunya dalam ibadat malam nanti. Yo wis, terima saja wong dah kedarung kok, nyemplung aja sekalian. Soal dinamika kelompok, hmm..begitulah, keluar liar dan hasrat kekanak-kanakanku. MKKBS = Masa Kecil Kurang Bahagia Sejahtera. Tapi temen gendhenkku banyak kok disana, contohnya… (hayo yang ngerasa, angkat jempol kaki!!!)
Eh, soal Sr.Erik, aku denger ada beberapa suara yang mengatakan hal-hal yang kurang baik terhadap sikap Beliau. Kalau wajah sih jangan ditanya. Sama seperti aku, wajah bisa sangar-sangar ngenes, tp hatinya baik….gubrak! Nah, makanya aku nggak peduli dengan apa yang dikatakan orang. kucoba menerima semua informasi itu, namun tidak kuyakini 100%. Itu kan pendapat mereka. Pendapatku mungkin berbeda. Lagipula aku juga belum terlalu mengenal Beliau. aku yakin Beliau tidak akan ada di bawah kongregasi yang bernama “cinta kasih” bila Beliau tidak memiliki cinta kasih. Kalau langsung kuterima, itu namanya berasumsi. Asumsi itu baik dalam batas-batas kewajaran, tapi tidak baik bila sampai pada batas-batas kekurangwajaran.
Hari ini aku juga sedikit jengkel karena kudengar beberapa orang mempertanyakan keberadaanku. Masalahnya bukan lagi ketidakpercayaan, namun mereka mengangkat juga persoalan SARA. Mereka mempertanyakan mengapa aku mau pergi dan melayani di tempat ini. Apa ada maksud tertentu? Kok mau-maunya dia kerja disini? dan bagiku yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika mereka yang terlibat dalam pembicaraan itu tidak mau mengatakan yang sejujurnya apa yang telah mereka bicarakan.
Tuhan, malam ini mataku berkaca-kaca, aku sedih sekaligus kecewa, dan juga agak marah. Mengapa orang tidak bisa menerima bahwa aku memang berbeda. aku berbeda bukan karena keinginanku. aku tidak pernah minta dilahirkan dengan tingkat sosial ekonomi seperti ini. aku “nyemplung” ke bumi begitu saja. Engkau yang menempatkanku. Apakah ada kesalahan dalam penciptaanku?
aku tahu mungkin mereka merasa risih dan sungkan untuk bergaul denganku. Namun mereka pasti tidak tahu, bahwa sebenarnya akulah yang takut untuk bergaul dengan mereka. aku ingin berteman dengan mereka, hanya saja aku tak tahu bagaimana caranya untuk menembus dinding-dinding mereka. aku takut bila mereka menempatkanku di atas mereka. aku takut bila mereka tidak percaya padaku. aku takut bila mereka minder denganku. Padahal, justru aku yang minder dan takut dengan mereka. Mungkin aku hanya salah satu orang aneh yang berpikir seperti ini.
Mungkin sebaiknya aku kembali saja ke “dunia”ku di seberang pulau ini. Tapi itu namanya PENGECUT. Tuhan, aku tidak mau pulang. aku bukan mau membuktikan bahwa diriku hebat dan aku bisa berada di antara mereka yang berbeda. aku hanya ingin menjadi bukti bahwa cinta kasihMu itu tidak pernah mengenal batasan-batasan manusiawi. Justru bila itu terjadi, PuteraMu sendiri tak akan pernah mengejawantah dengan sosok “Yesus”.
Tuhan, bantu aku untuk tabah. Bantu aku untuk melihat bahwa hidup ini adalah anugerahMu, apapun dan bagaimanapun bentuknya. Sekian banyak kebaikan yang ada dalam hidupku, masakan aku melihatnya sebagai kesalahan? Tidak Tuhan. aku yakin ada sesuatu yang sedang Kaurajut dalam diriku. Semoga kelak, aku melihatnya sebagaimana Engkau melihatnya.
Mataku menatap pada salib, dan kulihat bagaimana Ia memandangku seraya berkata: “Ini semua demi engkau…demi engkau…demi engkau…”
Sekali lagi permenunganku ini kubawa dalam bait:

-Demi aku-

Tuhan, demi aku
anak kecil yang tiada berdaya ini
Kaupeluk dan Kaudekap
Wajahku kubenamkan pada dadaMu
Dan kubiarkan janggutMu menutupi kepalaku

Tuhan, demi aku
Kau memelukku dengan sedemikian
Hingga seluruh badanku luput dari cambukkan
Kau malahan menjadikan punggungMu perisaiku
Kau biarkan cambuk-cambuk menoreh punggungMu
Sementara aku dapat tidur nyenyak dalam dekapanMu

Tuhan, demi aku
Kau memegang erat kepalaku
MenutupiNya dengan tanganMu yang besar
Kau sembunyikan kepalaku di bawah daguMu
Kau biarkan aku aman mengecup aroma leherMu
Sembari Kaubiarkan mahkota duri menancap kepalaMu

Tuhan, demi aku
Kau mendekapku dan merangkul pula “tahta mati”Mu
Tertatih sulit mengatur keduanya
Kau berusaha supaya aku tidak terantuk tanah
Meski untuk itu Kau terpaksa jatuh
Sekali lagi tubuhMu menjadi penopang salib itu
Agar tidak menimpaku yang rapuh ini

Tuhan, demi aku
JubahMu ditanggalkan bagiku
Kau selimuti aku dalam jubahMu
Supaya aku merasa nyaman dan tidak malu
Meski untuk itu Kau menanggung aib
Karena bukan lagi kegagahan agungMu yang nampak
Namun hanya kekalahan dan kelemahan

Tuhan, demi aku
Kali ini aku tak terelakkan
Namun masih juga Kau berusaha
Menjadikan diriMu selubung nyawa untukku
TanganMu Kaurentang di atas tanganku
KakiMu di atas kakiku
Sehingga paku-paku itu
Menancap dan merobek tangan dan kakiMu
Lebih dahulu

Tuhan, demi aku
Habis-habisan Kau mengerahkan
Segala daya upaya
Agar aku aman dan nyaman
Dalam menjalani hidup ini
Yang sering kali terasa kejam dan sadis

Rrgn-fml 8/3/7

Tuhan, aku sudah “nyemplung” di tempat ini, dan bersama Engkau, aku mau berenang meski harus belajar menerima resiko ‘tenggelam’.

SK - Hari 9: TUHAN ITU PENUH KASIH


Hari ini Galuh dan aku kesulitan makan, pasalnya kami pantang daging sementara makanan yang disajikan berdaging semua. Apa boleh buat, jadilah kami berdua tertawa karena hanya bisa makan nasi putih + krupuk sambil menyanyi: Tuhanlah Gembalaku, aku takkan kekurangan. Hahaha… (Galuh inget ngga? Ndeso!)
Tapi malamnya ada si Sahala ‘AA’ yang membelikan nasi goreng untuk kami. Hei, siapa dia? Katanya nanti akan menjadi rekanku. Heh, kok serem amat? Dah gede, item pula. Eit, tapi itu fisiknya. Hatinya siapa yang tahu? (ya nggak A?)

SK - Hari 10: BERANI MERENDAH DI HADAPAN PUJIAN


Hari ini aku mendapat 2 pujian. Pertama dari Sr.Beatrix: “Pokoknya saya percaya pada kamu!” dan Rm.Wahyu: “Tadi ceritamu bagus, anak-anak tertarik”
Tuhan, terima kasih atas pujian yang kuterima hari ini. Pujian itu kupersembahkan kembali kepadaMu karena hanya Engkau saja yang pantas untuk menerimanya. Engkau sendiri yang membuatku berguna bagi orang lain. TanpaMu, aku tak dapat melakukan semua itu.
Tuhan, berilah aku kerendahan hati, supaya aku selalu menyadari bahwa pujian bagi manusia adalah pintu gerbang untuk memuliakan Dikau. Bila aku dipuji, berilah aku menyadari bahwa Engkaulah yang sedang dipuji. Bila aku memuji, berilah aku menyadari bahwa Engkaulah yang sedang kupuji. Semua pujian yang baik terarah kepadaMu.
Tuhan, aku mohon ampun, karena aku lupa mengucapkan terima kasih kepada mereka. aku lupa berterima kasih kepadaMu karena Engkau sudi menggunakan aku, hamba hina dina dari yang hina dina.

SK - Hari 11: BERANI MEMBERI KASIH LEBIH DAHULU

Hari ini aku bangun kesiangan. Malam harinya aku menunggui anak-anak untuk rekonsiliasi di halaman depan RR. Tapi aku tidak sendiri, ada Sr.Erik. Sambil menatap bintang, aku mencoba membuka obrolan dengan Sr.Erik. Berawal dari pertanyaan Beliau: “Jadi kamu dah rutin tho doa Brevir?” (saat itu aku membawa buku bvr). Lalu kami mulai berbincang. Aneh, biasanya bila aku bertemu dengan orang asing, aku membiarkan dia yang bercerita terlebih dahulu. Tapi kali ini, tampaknya itu tidak akan berhasil. Maka aku membiarkan apa yang ada dalam pikiranku untuk meluncur keluar. Dan ternyata,… Sr.Erik pun mulai bercerita banyak hal. Di situ aku merasakan adanya keterbukaan dari Beliau, dan yang pasti, informasi yang dulu kuterima tentang Beliau tidak paten, 100% telak. Nah kan…?! Akhirnya ada beberapa hal yang tidak pernah kuceritakan kepada orang lain namun kuceritakan kepadanya. Untuk saat ini, privasi menjadi tidak penting bagiku, karena aku justru mengalami cinta kasih pada saat ada keterbukaan dan rasa percaya satu sama lain.
Tuhan, terima kasih, hari ini aku belajar, bahwa orang yang rendah hati adalah orang yang berani memberi kasih terlebih dahulu. Ia tidak menunggu dikasihi melainkan memberikan kasih lebih dahulu. kuingat bagaimana Engkau terlebih dahulu mengasihiku. Telah kualami kasihMu dalam hidupku melalui orang-orang yang hadir dalam kehidupanku dulu dan sekarang. Tuhan, mohon rahmatMu, agar aku rendah hati dan selalu berani memberi kasih terlebih dahulu.
Anomali Kasih = Kasih adalah sesuatu yang tidak pernah berkurang. Semakin kasih diberi dan dibagikan, semakin kasih itu bertambah dan berlipatganda.

SK - Hari 12: PEDULI AKAN SESAMA

Hari ini adalah hari terakhir untuk gelombang ketiga. aku sudah berani memegang ibd pagi sendiri, juga diberi bagian untuk mengantar saat sesi dengan Sr.Erik. Beliau masih mau tuh diajak bercanda dan ngobrol denganku, malah aku yang dikerjain hehehe… hari ini aku juga mendapat teguran, katanya aku terlalu keras pada adik-adik. Mungkin iya.
Siangnya aku mencuci dan menyetrika bajuku, tentu saja dengan pertolongan malaikat Aris yang memberitahuku dimana dan aku dapat melakukan semua itu dengan lebih baik.
Sore harinya, RR kosong, dan aku berdoa di depan candi. Ada Mas Iin yang lewat dan mengatakan: “Wah, kayaknya dah nggak kerasan nih disini?” aku hanya tersenyum. Tidak, aku cukup enjoy berada di sini. Ah, mas Iin, apakah orang yang berdoa selalu berarti ada masalah? Wah, kasihan dong Yesusnya cuma dikasih bagian yang tidak enak. Tapi, itu kan manusia? aku teringat pada kata-kata yang pernah aku tuliskan dulu:
aku membutuhkan TUHAN di saat aku berduka, supaya aku tahu IA tidak meninggalkanku; namun aku lebih membutuhkan TUHAN di saat aku bahagia, supaya aku tidak meninggalkanNYA
Tuhan, terima kasih, kulihat kepedulian para karyawan RR dalam tiap tegur sapa mereka. Semoga mereka juga mau menerimaku sebagai bagian dalam kehidupan mereka. Terlebih agar di dalam mereka, aku belajar nilai-nilai hidup yang sejati tanpa batas waktu dan tempat. “Ya, Allah baik…Dia baik bagiku. Ya, mereka baik…mereka baik bagiku”

SK - Hari 13: PEKA UNTUK BERBUAT BAIK


Tuhan, hari ini aku tidak peka. Memang aku akui, aku kurang peka terhadap kebutuhan orang lain. Pagi tadi Rm.Wahyu dan Sr.Beatrix mengusikku dengan mengatakan: “Little bit artinya apa ya?” aku sengaja tidak menjawab karena kukira Beliau hanya bercanda, lagi pula pertanyaan memang tidak diarahkan padaku. Setelah berkali-kali bertanya akhirnya aku tergoda juga untuk menjawab: “sedikit!”. “Ooo…” kata Rm.Wahyu (gubrak!!!). Hari ini ada rapat evaluasi, tidak semua hadir. Waktu Sahala datang, aku juga tidak langsung memberitahu hasil rapatnya, padahal aku tahu dia satu tim. Sore harinya aku mau menulis di transparansi tapi tidak ada pena yang khusus. Bukannya ambil sendiri, aku malah minta tolong pada Mas Vincent untuk mengambilkannya.
Tuhan, hari ini aku menyesal, banyak hal baik yang bisa kubuat dan kulakukan sendiri bagi orang lain, namun aku kurang peka. Tuhan, aku sadar bahwa salah satu ciri orang yang memiliki kerendahan hati ialah memiliki kepekaan untuk berbuat baik, tak peduli sekecil apapun perbuatan baik itu. Tuhan, tolonglah aku supaya semakin peka terhadap kebutuhan orang lain di sekitarku. Bantulah aku untuk semakin peka pada kesempatan dimana aku dapat menjadi saluran KasihMu sendiri. Tolonglah aku juga untuk melakukan semua yang masih dapat kulakukan sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain.

SK - Hari 14: “MANUSIA BODOH”


Hari ini aku bangun terlambat lagi (memang di kamusku tak pernah ada perkataan ‘bangun pagi’, yang ada adalah ‘tidur pagi’…dasar burung hantu…). Pagi ini ada Rm.Kris. Kami sharing soal mimpi dan metafisik, lalu Beliau meminjamkanku sebuah buku besar tentang penyembuhan metafisik.
Hari ini juga adalah peringatan hari lahir Pater Dehon ke 154 th. Selamat ulang tahun, Papa! Inilah salah satu tokoh dunia yang begitu memberikan inspirasi bagi kehidupan ini sehingga Beliau dianggap masih hidup dan hari kelahirannya diperingati setiap tahun (such an eternal life). Tentu saja, Beliau hidup melalui orang-orang yang meneladaninya, khususnya para Dehonian yang selama ini berada di sekitar hidup Katolikku.
Hari ini aku dapat jatah libur, dan malaikatku yang baik hati (si Galuh) mengajakku untuk jalan-jalan ke PS. Senang juga, bisa melihat dan membandingkan mall di Jakarta dan di Palembang, selain juga bisa ngerjain si Galuh dan membuatnya tertawa dan melupakan sejenak apa yang sedang membuatnya gusar. Selama berada di sana, aku merasa terusik. Sebenarnya apa sih yang dicari manusia dalam segala gelimangan materi ini? Ya, betul aku akui bahwa materi itu penting sejauh itu untuk menopang hidup. Tapi bila sudah sampai menghamba pada materi, lalu nilai hidup macam apa yang dicari oleh manusia? dan Papa Dehon, apakah yang dulu Papa cari dalam hidup ini, hingga semangatmu masih bertahan dan mengakar dalam diri pengikutmu?
Sore tadi, aku menceritakan pengalamanku kepada Rm.Wahyu. Beliau hanya mengatakan: “Kamu pernah membaca 1 Sam 6?” lalu Beliau mengingatkanku supaya jangan menilai orang dari wajahnya, melainkan dari hatinya…dan desigh!!!...satu tonjokan mendarat tepat di keningku. Spontan aku kaget, terlebih karena aku ingat, pukulan-pukulan terakhir aku terima 4 tahun yang lalu ketika aku masih aktif di THS-THM (ini info ngga penting! Dan tentu saja pukulan senior-seniorku jauh lebih sadis!)
Tuhan, apa sebenarnya yang dicari oleh manusia? Apa juga yang sebenarnya kucari dalam hidup ini? Nggak tahu kenapa, tapi hari ini aku merasa bodoh -sekalipun aku memang bodoh-. aku seringkali dikecohkan oleh keadaan di sekitarku, terutama yang nampak jelas di mataku. Barangkali aku terlalu sering melihat jarak dekat, hanya dengan mata saja, dan tak sampai ke pikiran dan hati. Mungkin ‘si Buta dari Gua Hantu’ memang bijaksana dengan membutakan matanya dan menajamkan hatinya.

SK - Hari 15: JAWABANNYA ADALAH (TIDAK)


Rekor! Lagi-lagi bangunnya kesiangan, dan efeknya seharian, merengut. Hari ini kurang menarik tapi ada sms mengejutkan dari Papa Mul: “Bgm, ada muncul gerak Roh Kudus utk tarekat karya kerasulan aktif?” (gubrak!!!) dan seharian bunyi sms itu menggangguku, meski sudah kujawab siang tadi juga. Sebenarnya bukan pertanyaannya yang mengganggu, melainkan jawabannya. Jawaban yang masih sama. Ataukah aku harus mengubah jawaban itu?
aku juga tadi sempat ngobrol dengan Rm.Bowo. Beliau menceritakan pengalamannya bagaimana Beliau belum merelakan kamera yang hilang beserta file isinya. Beliau mencoba untuk bersikap menerima dan merelakan semuanya itu terjadi, namun rasanya tetap saja ada ganjalan. Memang ternyata bukan kameranya yang menjadi masalah, melainkan apa yang ada di dalamnya. Beliau kehilangan rekaman pengalaman hidup yang ada di dalamnya.
Tuhan, ternyata pikiran manusia itu serupa dengan kamera. Ia hanya merekam apa yang menarik dan mengatakan “Tidak” (=melupakan/membuang) apa yang tidak menarik. Sayangnya, yang tidak menarik itu justru kita sesali dan kita ingini untuk kembali setelah ada orang lain yang memberi makna baru pada gambar itu.
Tuhan, semoga kami berani melihat masa lalu dengan makna masa kini dan terbuka untuk menatap masa depan.

SK - Hari 16: AKU HAUS

Berbeda dengan kemarin. Banyak hal yang kuterima hari ini.
Hari ini aku melihat lebih jauh dalam diri para retretan. Banyak anak yang rindu kasih sayang. Banyak anak yang mengalami kehausan akan keharmonisan dalam keluarga. Bahkan tak hanya itu. Beberapa orang dari tim pendamping/pembimbing retret pun mengalami hal yang sama. Haus cinta kasih; haus belas kasih; haus pengampunan.
Selama mendampingi gelombang ini, pikiranku selalu memunculkan gambaran anak-anak yang hadir disekitarku. Mulai dari murid-muridku di Jakarta, adik-adik PPA dan SEKAMI, sampai teman-teman di SD dan TKku dulu. Sekarang aku dapat lebih memahami, kenapa dulu mereka begitu nakal dan menyebalkan. Itu semua karena bahasa mereka terbatas. Mereka tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan kebutuhan mereka. Mereka hanya dapat mempergunakan apa yang mereka tahu, yakni tubuh mereka. Mereka membahasakan jeritan hati mereka, bahwa mereka haus dan rindu akan kasih. Kenakalan mereka, khususnya anak-anak yang berasal dari keluarga yang berantakan, adalah ‘bahasa protes’ mereka.
Ya, seperti yang sering kurasakan, anak selalu terluka bila melihat orang tuanya bertengkar. Kenapa? Karena anak adalah hasil dari cinta kasih –anak yang dari hasil perkosaan sekalipun, ada dari dasar cinta/rasa suka meski sangat dangkal-. Ketika anak harus melihat dan mendengar orang tuanya bertengkar, mereka sebenarnya melihat bahwa ‘sumber’ cinta kasih mereka mengingkari kodratnya, dan anak menderita lantas mulai bertanya, darimana sebenarnya asal mereka.
Yang hingga kini belum dapat kuterima adalah anggapan bahwa orang tua selalu lebih menderita dalam pertengkaran karena mereka sudah tahu membahasakan perasaan mereka. Menurutku tidak. Lihat saja dalam keluarga Katolik. Suami hanya berhadapan dengan satu orang istri. Istri hanya berhadapan dengan satu orang suami. Tapi anak, mereka berhadapan dengan dua orang, ayah dan ibunya. Sementara mereka dalam posisi yang lemah. Jadi mana yang lebih menderita?
Belum lagi bila terjadi perceraian. Orang tua bilang itu demi kebaikan anak. Si anakpun makin berat bebannya. Mereka seolah menjadi alasan kebaikan, hanya demi keegoisan orang tuanya. Sayang, mereka tidak tahu membahasakannya dan orang tua tidak mengerti bahasa mereka.
Malam tadi, aku juga bertemu Rm.Laton dan Rm.Rusman yang menyatakan rindunya untuk mendengar dan dibagi cerita-cerita dan pengalaman-pengalaman dari orang muda (dariku). Mereka pun haus.
Tuhan, saat kupandang salibMu di kapel ini, kudengar suaraMu yang begitu menderita: “Aku haus!”
Tuhan, kulihat bahwa semuanya ini hendak mengatakan padaku, bahwa Engkau merindukan cinta kasihku. Tuhan, ampuni aku; aku lupa dan kurang sungguh-sungguh dalam doa dan puasa (aku jadi ingat sharing dari Rm.Bowo tentang bagaimana doa dan puasa dapat menyatukan dan menguatkan kita). Tuhan, waktuku tidak banyak disini, namun aku ingin berubah; aku mau melakukan sesuatu untukMu. Tuhan, aku mau menjadi “malaikat” yang rajin berdoa dan berpuasa. Tuhan, kuatkan dan ingatkan aku, bahwa Engkau selalu rindu padaku, bahwa Engkau menanti cinta kasihku. Tuhan, berilah aku kekuatan untuk melawan “kurcaci-kurcaci” yang begitu pandai dan licik ini.
Tuhan, aku mau mencintaiMu, namun aku tak tahu bagaimana caranya dan apakah aku bisa. Tuhan, tolonglah aku supaya aku dapat memberikan air untuk melegakan kehausanMu. Tuhan, aku percaya, di dalam Engkau, aku pasti bisa. Demi Engkau, aku mau, Tuhan. Ke dalam tanganMu pula, kupersembahkan dan kuserahkan keluarga anak-anak dan teman-teman dekatku yang bermasalah. Damaikanlah, agar buah cinta kasih keluarga itu tidak dikorbankan.
Yesus, Maria, Yosef, Para Malaikat, doakanlah kami. Amin.
Orang yang rendah hati adalah orang yang selalu mencari sesamanya yang kehausan dan kemudian ia membagi air kasih dan damai yang ia miliki.

SK - Hari 17: BERANI BERBAGI

Hari ini kurang menarik dan cenderung melelahkan. Tapi syukurlah, rekan-rekan tim mau saling membantu.
Siang ini, Veny (Malaikatku juga) berbagi cerita tentang kedekatannya dengan seseorang. (siapa ya? Hehehe, rahasia dong!)
Sore ini, Rm.Wahyu mengajariku dan membagi ilmunya tentang “mind map”/pohon dan bagaimana dalam retret macam ini yang mau dijangkau adalah “kambium”= diri kita yang sebenarnya; akar adalah situasi masa lalu kita yang membuat kita bertumbuh; ranting/cabang adalah angan, ambisi dan obsesi kita; nah kalau kita mampu tumbuh dengan baik, hasilnya adalah buah, meski ada yang baik dan ada yang buruk.
Malam ini di Prevot ada sebuah keluarga. Sang Bapak –yang belakangan kutahu sedang sakit- tidur di luar, sedangkan anak istrinya di kamar. kulihat kamarku yang nyaman dan cukup hangat. Rasanya tak masalah bila selimut kuberikan pada Sang Bapak, lagi pula ada sarung pemberian Sahabatku yang selalu kubawa bila aku bepergian. Sang bapak tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
Oh ya, sore tadi aku merasa sangat lelah, sedangkan waktu tinggal beberapa saat sebelum aku harus mendampingi gelombang yang baru. aku lari ke Kapel dan bersama Veny, kami mohon kekuatan untuk dapat melayaniNya dengan baik. Dan ajaib Engkau, Tuhan, aku masih kuat hingga malam dinamika kelompok. aku yakin, ini bukanlah kekuatan yang berasal dari diriku sendiri. TanpaMu, aku tak berbuat apa-apa. Terima kasih, Tuhan. Juga pada saat yang sungguh-sungguh melelahkan ini, ayat Mazmur dalam bvr berbunyi: “Tuhanlah Gembalaku, aku takkan kekurangan. Ia membaringkan daku di padang yang berumput hijau”… Mazmur yang menjadi spiritualitas pribadiku hingga kini.
Tuhan, hari ini Kauajari aku bahwa salah satu cara untuk menjadi rendah hati adalah dengan mau berbagi. Tuhan, ajarlah aku untuk selalu berbagi milikku, jangan sampai aku mementingkan diriku sendiri.

SK - HARI 18: DALAM KELEMAHANKU, AKU KUAT

Wah, anak-anak itu begitu aktif, untung hanya 3 hari, but thank God, aku sudah terbiasa untuk menangani anak-anak macam mereka sehingga aku tidak kaget. Persamaannya terletak pada latar belakang keluarga mereka.
Siang ini, aku kembali mohon kekuatan dariNya, aku lelah bahkan aku sampai tertidur di Kapel. Terima kasih, Tuhan. RumahMu adalah tempat beristirahat yang paling nyaman, meski aku tahu sebenarnya aku tidak boleh tidur di situ. “The Lord is my Shepherd, i shall not want”
Hari ini, Tuhan menolongku, berbicara dengan beberapa orang tua yang nampaknya kurang paham dan dapat mengganggu kelancaran retret. Syukurlah, Tuhan sendiri yang meletakkan kata-kata yang baik dan tepat dalam mulutku, hingga mereka percaya dan meninggalkan tempat retret dengan senyuman dan pandangan mata yang ikhlas.
Dalam keheningan malam ini, sambil aku menunggui anak-anak PD, aku menatap patung St.Fransiskus, dan ada gambaran suatu tempat yang muncul…dan aku rindu berada di tempat itu…
Tuhan, dulu aku kira aku salah dan selalu disalahkan bila aku menuliskan kata “aku”, “saya”, “i” dan “irene” dengan huruf kecil, tapi sekarang, aku punya alasan untuk melakukan itu, apalagi dihadapanMu.

SK - HARI 19: BAPA YOSEF, TELADAN KERENDAHAN HATI

Sore hari ini ada jeda waktu kosong. Ide-ide mulai pecicilan di benakku dan saat aku menuliskan ini, aku duduk di sekretariat. Tadi aku minta ijin pada Rm.Wahyu untuk dapat menggunakan tempat ini karena di Prevot agak bising, dan Beliau bertanya: “Kapn bs bagi cerita ya?”. Ya, aku mau berbagi meski mungkin yang kubagi tidak banyak berguna.
Bapa Yosef, engkaulah teladan kerendahan hati sejati. Engkau tak pernah mementingkan dirimu sendiri. Engkau selalu menaruh orang lain di atas dirimu. Kau letakkan Yesus, kau letakkan Maria, kau letakkan kami di atas dirimu sendiri. St.Yosef, ajarilah aku untuk mampu merendahkan hati dengan tidak mementingkan diriku sendiri, melainkan Tuhan di atas segala-galanya. Santo, ingatkan aku bila aku mulai malas dan mengandalkan orang lain untuk melakukan hal-hal yang dapat kulakukan. Bapa Yosef, ke dalam tanganmu, aku mempercayakan doa-doaku, keluargaku, harapanku, dan khususnya perjalanan hidupku sendiri. St.Yosef, doakanlah kami. Amin.
Hari ini, Mbak Tuti, seorang karyawan RR mengatakan padaku: “Kamu tuh di sini udah nggak dianggep tamu, tapi penghuni RR” Tuhan, terima kasih, kemarin aku datang sebagai orang asing, hari ini aku hadir sebagai saudara. Terima kasih untuk persaudaraan ini. Tuhan, tolong bantu aku supaya aku lebih peka terhadap orang-orang yang berbuat baik terhadapku dan terlebih supaya aku semakin peka terhadap kesempatan-kesempatan dimana aku dapat berbuat baik kepada orang lain.
Eh, aku tadi diajak nonton Da Vinci Code sama Rm.Wahyu. Hehehe, thank you Romo! Intermezzo nggak penting: tadi guru wali kelasnya anak-anak mengatakan: “Mbak irene nich kalo saya lihat auranya, cocoknya jadi biarawati!” kutanya apa warnanya, Beliau menjawab: “ungu” (desigh!!!). Diamini sajalah. Setuju???

SK - Hari 20: MAU MENJADI SABAR DAN RAMAH


Hari ini Galuh dan aku membantu Rm.Sugi untuk membungkus barang-barang yang hendak Beliau bawa ke Jogya. aku juga dapat kesempatan untuk bertemu lagi dengan Rm.Pujo dan Rm.Heru. Wah, seneng dapat coklat dan kaos, meski capek juga.
Akhirnya setelah puasa membuka internet, aku buka juga kotak surat elektronik itu. Tentu saja, numpuk dengan informasi-informasi yang tidak berhubungan langsung denganku, kecuali satu, dari majalah HIDUP.
Hari ini aku juga agak marah dengan Astri gara-gara Taize yang belum beres. Kalau kata Rm.Wahyu, “Kamu aja yang tidak percaya sama temen-temenmu!”. Tapi aku melihatnya lebih jauh lagi, bahwa aku mempertaruhkan seluruh umat dalam hal ini, bilamana tuguran nanti gagal fatal. aku melatih tanggung jawab dan kreatifitas seseorang, namun aku mempertaruhkan banyak orang. Nampaknya aku belum siap, dan dalam hal ini yang dapat kulakukan sekarang adalah membiarkan dia bergulat dengan lagu-lagu tuguran, sedangkan aku harus campur tangan untuk teks tuguran. Astri, kapan kamu bisa mandiri dalam hal organisasi? Kapan Taize bisa berjalan sendiri meski kehilangan seorang ‘hamba’nya?
Tiba-tiba aku merasa rindu sekali dengan Rh, Sahabatku. aku rindu pelukannya dan aku kangen dengan suara lembutnya yang memanggilku: “dek”. Tuhan, berkatilah ia, dimanapun ia berada. aku yakin, dia aman dalam tanganMu.
Tuhan, rasanya hari ini aku kurang bersikap ramah dan sopan, terutama untuk mengucapkan those magic words: “salam”, “terima kasih”, “permisi”, “pergi dulu” dan terutama: “maaf”. Barangkali juga aku kurang bijaksana dalam bersikap terhadap Astri. Maaf ya, la mia Cicitcuita!

SK - Hari 21: BERANI AMBIL KEPUTUSAN


Pagi tadi ada evaluasi. Rm.Wahyu tengkar dengan Mas Supri. Hehehe, ternyata orang yang berwajah lunak bisa begitu keras juga. Ini pertengkaran yang membosankan. Mungkin aku terlalu sering melihat pertengkaran yang jauh lebih mengerikan. Di satu sisi, keterbukaan memang baik sehingga satu tim dapat saling memahami duduk perkaranya. Di sisi lain, perlu alokasi waktu yang lebih tepat untuk menyelesaikan persoalannya dan menghabiskan emosi yang mengganjal. Menurutku, masalahnya terletak pada keberanian untuk mengambil keputusan. Rm.Wahyu juga bilang padaku: “Pokoknya nanti sebelum pulang, irene harus membuat laporan dan menceritakan pada saya apa yang dia dapat selama berada di rumah retret ini!” (desigh…!!!)
Siang harinya Rm.Wahyu, Sahala dan aku makan siang bersama. Mereka sharing banyak hal khususnya soal mimpi lalu mengarah ke persoalan pilihan hidup dan keberanian untuk mengambil keputusan. Dalam pembicaraan ini, aku lebih bersikap pasif karena aku ingin belajar dari mereka. Lalu Rm.Wahyu mengatakan: “Tinggal tunggu keputusan dari irene aja!” (lho…???) “Keputusan apa?” tanyaku. “Ya nggak tahu apa!” sahutnya dengan nada iseng. (desigh!!!). Hehehe, ternyata bukan hanya aku yang suka usil dengan jawaban-jawaban.
Sore ini Rm.Wahyu (kok Rm.Wahyu mulu sih?!) banyak bertanya tentang diriku dan aktifitasku. Beliau melontarkan pertanyaan-pertanyaan ajaib: Sejak kapan kamu mulai berani tampil? Menerima diri apa adanya? Kamu dari St.Irenaeus ya?
Tuhan, saat aku menuliskan ini, aku teringat pada suatu tempat. aku merindukan berada di tempat itu. Tuhan, apakah aku berani mengambil keputusan untuk pergi ke tempat antah berantah itu?
Tuhan, waktuku tinggal sedikit. aku bahagia dengan kesempatan berada di sini. aku senang dan masih ingin tinggal lebih lama lagi. aku sempat berpikir, bagaimana seandainya bila aku mundur 1 tahun lagi untuk membantu di tempat ini? Tuhan, kulihat ini sebagai keinginan dan euforiaku sementara karena aku enjoy. Tapi kusadari, aku tidak begitu enjoy pada saat tidak ada kegiatan retret, dan kusadari pula bahwa aku juga tidak pernah akan bisa ambil keputusan bila aku ragu-ragu dan takut, tidak berani ambil resiko. Tuhan, tolonglah aku, bila memang ini jalan yang Kaupilihkan untukku, teguhkanlah aku. Gambaran para Saudari Klaris muncul berkali-kali dan tak kunjung hilang. Tuhan, aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaanku saat ini, aku bingung. Tapi aku tahu, bila aku tidak berani menentukan keputusanku, memilih dalam kebebasanku, maka aku tidak akan maju dan menjadi pribadi yang utuh.
Santa Maria dan Santo Yosef, Ibu dan Ayahku, ke dalam tangan Ibunda dan Ayahnda, aku menyerahkan seluruh hidupku, mohon restumu supaya aku berani mengambil resiko dalam memilih. aku hendak memilih Tuhanku dan Allahku, Sang Gembala Baik.
Eh, aku kagum melihat ketulusan anak-anak SD Xav Jambi dalam ketaatan dan ketertiban mereka untuk beribadah. Kapan ya anak-anak Jakarta bisa seperti itu?

SK - Hari 22: INILAH DIRIKU


Hari ini aku diajak untuk bercermin dalam diriku oleh Rm.Haryoto. Beliau memperlihatkan bagaimana dan siapa diriku menurut pandangannya. Ada hal yang memang kuakui benar dan sudah kusadari. Ada hal yang benar yang selama ini belum kusadari. Ada juga hal yang kusadari tidak benar, namun ini karena Beliau memang belum mengenalku secara jauh, maka aku hanya menerima apa yang Beliau katakan. Soal jalan hidup yang ingin kupilih, Beliau memberi saran bagaimana caranya supaya aku dapat sungguh-sungguh mengalami pengalaman akan Allah, dimana hanya Tuhan yang menjadi satu-satunya penjamin hidupku.
Tuhan, banyak orang mempertanyakan diriku dan kemampuanku. Hanya Engkau dan aku yang dapat menjawabnya. Tuhan, ini aku dengan segala kerapuhan dan kelemahanku. Tuhan, terima kasih bahwa saat ini aku merasa lemah dan tidak dipercaya. Tuhan, bantulah aku supaya aku tetap menjadikan Engkau satu-satunya penjamin dalam hidupku. Bilamana memang ini yang Kaukehendaki, maka biarlah itu terjadi.
Tuhanlah Gembalaku, aku akan berdiam dalam rumah Tuhan sepanjang masa. Amin.

SK - Hari 23: MENGHADAPI RASA TAKUT


Tadi pagi, aku memimpin ibadat pagi.
Hari ini aku merasa aneh dengan konsep Rm.Har tentang bagaimana orang harus lepas dari rasa aman dan damai. Memang hidup tanpa konflik tidak akan ada artinya, namun bukankah rasa aman dan damai adalah salah satu kebutuhan yang dicari oleh manusia?
Tuhan, sementara ini aku ada di tangan Rm.Har dan aku harus patuh pada apapun yang Beliau buat dan katakan padaku. Tuhan, semoga aku tidak takut menghadapinya.
Waktuku tinggal sedikit dan aku masih juga belum mantap. aku tidak tahu, bisa atau tidak. Kalau menunggu siap 100% jelas tidak mungkin, lagi pula mau menunggu sampai kapan? Apakah segitu mengerikannya kehidupan yang hendak aku pilih? Apa iya, itu lebih berat daripada kehidupan yang lain?
Tuhan, gong tidak akan pernah berbunyi bila tidak dipukul. Pukullah aku dengan cintaMu, Tuhan, supaya aku berani menyuarakan DiriMu sendiri. Paksalah aku supaya aku mau tidak mau tunduk pada kehendakMu…ya kehendakMu saja.
Tuhan, kasihanilah aku dan tolonglah aku.

SK - Hari 24: MENCOBA TIDAK HARUS SELALU BERHASIL KAN?


Hari ini sudah mulai masuk rekoleksi untuk kelas 5. Wah, mereka benar-benar masih kecil-kecil seperti murid-muridku. Mulai hari ini juga aku punya nama baru: “kak damai”, terjemahan dari namaku sendiri.
Hari ini ada juga permainanku yang gagal dalam dinamika kelompok tadi. Yah, mencoba tidak harus selalu berhasil kan?

SK - Hari 25: TAKUT GAGAL-PENGHALANG UNTUK MENCOBA

Ini adalah salah satu perkataan dalam buku The Alchemist yang dipinjamkan Rm.Wahyu kepadaku.
Hari ini aku membantu Rm.Har dalam dinamika games outdoor. Lalu langsung disuruh memimpin ibadat penutup (desigh!!!). Sebenarnya aku belum pernah memimpin ibadat resmi. Tapi, takut gagal adalah penghalang untuk mencoba. Tanpa mencoba, tak ada resiko untuk berhasil.
Tuhan, hari ini aku merasa aneh ketika orang memanggilku: “kak damai”. Ada apa di balik nama itu? Ada sesuatu yang harus kucari dibalik makna kata itu. aku rasa, damai bukan hanya terjemahan Bahasa Indonesia dari kata bahasa Yunani: irene. ‘Damai’, siapakah dia? Mengapa orang tuaku memberi nama damai? Nama yang butuh pertanggungjawaban besar.

SK - Hari 26: PENCARIAN HARTA KARUN


Pagi ini aku mengembalikan buku The Alchemist (ceritanya tentang seorang penggembala Spanyol yang mencari harta karun sampai muter lewat padang pasir ke Mesir, dan ternyata harta karunnya ada ditempat biasanya dia mangkal di Spanyol). Rm.Wahyu lalu bertanya: “Harta karunnya ketemu di mana?... Kalau harta karunnya irene ada dimana?...” kujawab saja aku masih ada di padang pasir. Lalu Beliau mengungkit soal Pasang Surut. kutanya ada apa disana, dan Beliau menjawab: Padang pasir!
Sore hari ketika anak-anak bernyanyi, seekor kupu-kupu terbang di antara kami. Anak-anak gelisah, dan aku hanya mengatakan: “Biarin, dia juga mau ikut nyanyi!” Kupu-kupu itu mendekatiku seolah setuju, lalu aku mencoba memegangnya. Spontan aku kaget karena kupu-kupu itu menempel di tanganku, alias ini baru pertama kali aku memegang seekor kupu-kupu (kalau kata Sr.Erik: ndeso! Puas..puas..puas..!!?). Kira-kira 15 menit kemudian, ketika sudah masuk sesi, aku melihat potongan sayap kupu-kupu itu di atas karpet. “Tadi kena kipas” kata seorang anak di sebelahku.
Hatiku tersentak. Demikian tragis hidup si kupu-kupu ini. Rasanya baru semenit yang lalu ia bergembira dan ikut memuji Tuhan dengan kepakan sayap lembutnya. Tiba-tiba saja hidupnya dikoyak oleh kipas angin, mesin buatan tangan manusia. aku jadi sedih, lalu aku pergi ke depan Candi Hati Kudus untuk menenangkan hatiku. Di situ, Veny bergabung denganku dan menceritakan sahabatnya, Angel, yang baru saja dipanggil Tuhan.
Tuhan, demikian juga hidup ini mempunyai 2 versi; versi perjuangan panjang seperti Santiago yang mencari harta karunnya, dan versi pendek seperti si kupu-kupu. Tuhan, bagaimana dengan kehidupanku? Kata Rm.Wahyu: Semua tergantung naratornya. Tuhan, Engkaulah narator dalam hidupku, Engkau Sang Dalang dan aku hanyalah wayang yang ada di tanganMu. Namun bagaimanapun juga, aku belajar dari kupu-kupu dan Angel, bahwa mereka menggunakan waktunya untuk memuliakan Engkau.

SK - Hari 27: RENDAH HATI ITU MENEMPATKAN ORANG LAIN LEBIH DULU


Pagi hari ini, Rm.Har mengatakan: “Udah kamu di sini aja, nggak usah jadi sr, buat apa?!” (desigh!!!)
Hari ini Rm.Har juga memintaku memimpin ibadat penutup, walaupun tadinya Galuh dan aku tuding-tudingan, habis aku nggak dong, kukira yang dimaksud Romo adalah yang menjadi MC untuk Ibadat nanti.
Tapi hari ini rasanya pelayananku kurang bagus. Emosiku agak naik sehingga aku kurang memperhatikan anak-anak. Padahal harusnya aku bisa meletakkan kepentinganku jauh di bawah kepentingan mereka. Tuhan, ampunilah aku.

SK - Hari 28: JATUH


Tadi pagi Rm.Wahyu sewot soal Misa karena kami tidak ada yang memberi penjelasan. Mungkin kalau aku jadi Beliau ya bakal sewot juga kali ya…
Hari ini rasanya aneh. aku beberapa kali terpeleset dan siang tadi aku beneran jatuh di refter. Sahala juga jatuh di villa. Veny terpeleset di kampusnya. Lho, ada apa ya ini? dan Galuh serta Sr.Erik menegur dan mengingatkan kami, karena kami jarang berdoa. “Kalian nggak doa sih!.. memang kadang-kadang kita pembimbingnya malah lupa berdoa. Mau menyucikan orang lain, tapi diri sendiri lupa.” Benar, itulah yang kualami.
Malam ini juga aku memimpin ibd malam sendiri.
Tuhan, hati kami adalah sanggar suciMu, dimana kami dapat menemukan Engkau setiap saat, namun seringkali kami masih merasa Engkau jauh dari kami, padahal kamilah yang sebenarnya menjauh dariMu. Kami seringkali sombong dan angkuh saat melihat diri kami lebih baik dari pada orang lain. Kami kurang waspada, bahwa setan lebih cerdik dari yang kami duga, dan itu sebabnya kami sering jatuh. Dan yang lebih parah lagi, seringkali kami tidak sadar bahwa kami jatuh.
Tuhan, semoga aku semakin terbuka terhadap orang lain, sehingga aku tidak jatuh karena kesombonganku. Tuhan, aku mau belajar menjadi rendah hati. Tolonglah aku (kami).
Tuhan, aku bingung, di RR ini aku bisa menggabungkan 2 faktor paling dominan dalam hidupku yakni spiritualitas dan pedagogi –rohani dan pengajaran- namun keinginan untuk merasul aktif tidak tumbuh dengan kuat, kontemplatifpun masih pada tempatnya, tidak menguat namun juga tidak hilang. Tuhan, tolonglah aku untuk memilih yang terbaik yang sesuai dengan kehendakMu.

SK - Hari 29: DALAM KERENDAHAN HATI ADA KEDAMAIAN


Tekadku hari ini adalah untuk menerima Sakramen Tobat. Siapa yang Misa ya hari ini? –Yang jelas ya Romo…masalahnya Romo siapa, nah itu yang ngga tahu…- Memang ada kegelisahan dan pertimbangan, mana Imam yang paling dapat membantuku dalam hal ini. Namun aku menyia-nyiakan kesempatan baik bila hanya berpikir sampai sebatas itu. Lagi pula siapapun Imamnya, di dalam ruang PD aku akhirnya berhadapan dengan Tuhan sendiri. Toh, pelayananku sudah berakhir, ini gelombang yang terakhir juga.
Akhirnya setelah bergumul antara ya dan tidak, menjelang akhir Misa, aku mendekati Rm.Wahyu dan mengatakan: “Romo, habis Misa saya mau minta Sakramen Tobat”
Dengan perantaraan ImamNya, Tuhan menyapa namaku dan memanggil aku anakNya, dan Ia mengatakan:
“St.Theresia dari Avila mengatakan: kebahagiaan manusia terletak pada kerendahan hatinya. Rendah hati, rendah hati dan sekali lagi rendah hati. Humility, humility and once again humility.” Dan Ia pun memberikan nasihat dan penitensi kepadaku, yakni doa kerendahan hati. (Romo, doanya nggak ketemu tuh di MB??? Akhirnya ya ngarang doa sendiri deh…)
Jelas rasanya benang merah dari semua pengalamanku di sini berakar dalam kerendahan hati (dan kedamaian).
aku semakin percaya bahwa di dalam ruang pengakuan, para Imam hanyalah perantara yang digunakan Tuhan. Maka siapapun Imam yang berada di dalam ruang itu, entah Rm.Har atau Rm.Wahyu, aku percaya bahwa Tuhan akan memberikan pesan yang sama.
Tuhan, aku bahagia karena dapat memperoleh titik tengah antara kerendahan hati dan kedamaian. Dalam refleksiku, aku melihat pengalaman jatuh kemarin sebagai suatu gambaran tentang bagaimana orang yang meninggikan hatinya/tinggi hati. Semakin tinggi hatinya, semakin menyakitkan jatuhnya. Karena itu ya Tuhan, sebagaimana yang kutuliskan pada saat pertama kali, bahwa aku mau belajar menempatkan hatiku di tempat yang paling rendah, karena “Ketika HATI diletakkan di tempat yang paling RENDAH, hati tidak lagi merasa takut, karena tidak ada lagi kemungkinan untuk JATUH” dan di tempat itulah, hati merasa nyaman. Bila hati merasa nyaman, berarti ada rasa damai.
Tuhan, terima kasih untuk semuanya ini.

Sorenya aku membuka email di showroom, tiba-tiba Rm.Wahyu masuk dan berkata dengan agak keras: “What the hell are you doing?!” –Desigh!! Itu perkataan yang sangat kasar, bahkan lebih kasar dari kata “brengsek” yang kadang muncul dari mulutnya- Salah apa aku? Apa karena aku tidak ijin untuk menggunakan komputer ini?
“Bisa dimatikan nggak?... Saya mau bicara sama kamu sebentar bisa nggak?” (Desigh!!! Desigh!!! Apa salahku ya?) Detak jantungku berdegup sedikit kencang meski kucoba untuk bersikap tenang. Tapi dasar perasaan memang tidak mau diajak kompromi. aku pun mencari Beliau dan mengikutinya ke kantor.
Ternyata di sana aku hanya diminta untuk menceritakan pengalaman yang kudapat selama di RR (Gubrak!!!) –sialan, gw dah stress seperempat mampus gitu!- Maka kuceritakan bagaimana aku belajar dari tim RR dan pencarianku untuk menjadi rendah hati, selain ada misi khusus yang kubawa. aku katakan juga bahwa di sini aku merasa enjoy karena dapat menggabungkan 2 hal dominan dalam hidupku. Beliau mengatakan bahwa mereka senang dengan kahadiranku (syukurlah). Beliau juga mengajariku bahwa setiap orang mempunyai nilai rohani yang ingin dibagikan. Nilai rohani dari Beliau adalah: pengorbanan. Tentu ini dilatarbelakangi oleh masa lalunya, oleh pengalaman ditinggalkan dan jauh dari sumber cintanya. Namun dalam refleksinya Beliau melihat Yesus dan menyadari bahwa itu semua Tuhan berikan untuk menunjukkan kemuliaanNya dan bahwa Tuhan itu baik.
Lalu Beliau bertanya padaku, nilai rohani apa yang mau kubagi? Saat itu aku menjawab Kedamaian, Kerendahan hati dan Kejujuran. Beliau mengharapkan aku dapat mengolah semua pengalaman ini untuk mendapatkan suatu gambaran bingkai/frame dalam hidup rohaniku. Terima kasih, Romo!
Sore menjelang malam, aku ikut Rm.Wahyu dan Sr.Beatrix ke Podomoro. Di depan showroom ada Rm.Har yang bertanya: “Mau kemana, rin?” Kemudian pembicaraan mengarah ke soal jadwal retret SMP. Beliau minta supaya aku pulang tanggal 2. Sebenarnya, aku bisa saja mengubah rencana pulangku, namun aku mau menjadi orang yang konsisten. Dulu dah memilih tanggal 1 ya tanggal 1. Lama-lama Beliau bilang: “Wislah, kowe tinggal kene, rak usah dadi sr! pacaran aja, cari cowok!!!” (Gubrak!!!)
Malamnya Veny dan aku mengisi intermezzo sejenak. Lalu pulang darisana kami makan pecel lele dan masih berlanjut dengan muter-muter kota Palembang, lewat Ampera juga, sampai akhirnya kami baru pulang pk.00:00
Terima kasih, Tuhan untuk hari ini. Hari yang indah. Gembalaku yang Baik, aku mau mencintaiMu, karena itu ajarilah aku bagaimana caranya.
Kanak-Kanak Yesus yang manis, berilah aku semangat yang besar untuk mencintaiMu supaya aku rela dan berani meninggalkan diriku demi Engkau.

SK - Hari 30: DAMAI, SIAPAKAH ENGKAU?

Hari ini, aku sudah bebas tugas. Pk. 09:00, dengan berbekal Rosario, topi, hp, KTP dan beberapa ribu, aku mulai berjalan menyusuri jalan besar. Tujuanku memang bukan untuk membeli sesuatu atau mendapatkan sesuatu yang kelihatan, melainkan aku ingin mengenal lebih jauh makna kata: “Damai”. Dalam perjalanan itu, aku coba mendefiniskan arti kata damai: “damai adalah keadaan tidak takut yang dirasakan oleh seseorang karena dirinya diterima apa adanya”. Kapan aku merasa damai? kusadari aku merasa damai saat aku sendirian dan dalam keadaan tenang, juga saat aku bersama orang lain yang menerimaku apa adanya. Lalu bagaimana aku dapat sampai pada pengalaman Damai? Orang lain memberiku damai, mengajariku untuk dapat menciptakannya, dan ketika aku sudah dapat menciptakan rasa damai itu, aku merasa berlebih dan ingin membagikan rasa damai itu kepada orang lain. Terima kasih Tuhan, karena aku dapat mengenal “damai” lebih jauh.
Tuhan, dalam perjalananku, aku juga merasa kecewa bahwa dunia ini terlalu banyak menyimpan pintu-pintu yang memisahkan keadaan manusia. Sepanjang jalan yang kususuri dari RS Myria, sampai KM.3 Sudirman lalu membelok ke daerah RS Bunda, aku merasakan bahwa orang masih memandangku berbeda, singkatnya SARA. Tuhan, kapan aku bisa bersatu dengan dunia mereka dan kapan mereka bisa bersatu dengan duniaku? Tapi syukurlah aku bisa pulang dengan selamat ke RR.
Tuhan, bantu aku dalam sisa hitungan jam ini, agar aku belajar dari cinta kasihMu sendiri, terutama dengan kedamaian, kerendahan hati dan kejujuran yang Engkau ajarkan padaku.
Sore ini, namaku masih disebut oleh Rm.Har sebagai pembimbing SMP. Lho? Wah harus tanggung jawab ini, setidaknya absen muka saja di depan anak-anak. Hee, aku malah ditodong sekalian untuk memberi renungan masuk ke sesi. Roh Kudus kumohon menolong aku karena aku sebenarnya tidak siap. Heran, kata-kata permenungan bisa muncul begitu saja, bahkan sesuatu yang baru yang tidak pernah kurenungkan sebelumnya, seolah-olah bukan aku yang berbicara. aku percaya, inilah daya Roh Kudus yang menolongku. Bukan lagi aku yang berbicara, melainkan DIA. Terima kasih, Tuhan.
Malamnya ada pembicaraan dengan Rm.Har di sekre (nah maaf, tapi yang ini disensor supaya tidak terlalu panjang)
Dini hari, Galuh dan aku berfreetalk ria dengan Rm.Sepi hahaha…terjadi perang bantal antara anak munyuk di atas pohon dengan anak burhan di atas kasur. We had so much fun at that time.

SK - Hari 31: HADIAH


Hari ini aku pergi ke seminari sama Galuh, senang bisa ketemu para SCJ yang baik (meski ada yang menyebalkan juga). Ada Br.Gatot “toeeng”, juga Rm.Parman n Rm.Titus. Sorenya ada Lydia yang mencari aku, sayang aku tidak bisa berpamitan karena aku ditodong lagi untuk mengantar sesi. Malamnya aku mau pamitan dengan Sr.Sito n Sr.Fausta, tentu saja itu semua terjadi atas jasa baik Sr.Erik.
Malam ini ada pembicaraan dengan Rm.Har. Dalam pembicaraan tsb, aku kembali diajak untuk melihat diriku. Memang ada dimensi lain dalam diriku yang tidak pernah kugubris selama ini. Terima kasih, Romo, karena telah membantuku melihat diriku secara lebih utuh.
Tuhan, terima kasih. Ibunda Maria dan Ayahnda Yosef, doakan ananda.

Hari terakhir: 1 April
aku pulang. Terima kasih, para Romo dan para Suster serta rekan-rekan sekalian atas semua kebaikan kalian. aku sungguh-sungguh mengalami bahwa kemarin aku datang sebagai orang asing dan hari ini aku pulang sebagai saudara.
Hei, aku dapat buku Henri Nouwen “Road to Peace”, it’s the book that i wanted since i saw it. Terima kasih semuanya.
Dalam Berkat Tuhan:
“ Hatiku hatimu, hatimu hatiku
Hatiku hatimu, hatimu hatiku
Hatiku hatimu, hatimu hatiku
Hati kita satu “

Salam dan doaku,
Setapak dua tapak kulangkahi turun dari Gunung penuh rahmat ini. aku tidak jadi membuat tenda di atas sana, karena aku sadar, kemuliaan Tuhan harus juga kubagikan pada orang-orang yang masih membutuhkanku.
Maka si burhan kecil ini pun memandang dengan senyuman dan bukan tangisan dari antara serpihan-serpihan awan di angkasa, kota Palembang yang kutinggalkan beserta teman-teman baikku, dan dengan hati baru, kukembali ke Jakarta, ke dalam kehidupanku yang dulu.