Monday 15 December 2008

catatan kecil

1 Maret 2007 s/d 1 April 2007, saya ada di Rumah Retret Giri Nugraha. Intensi saya berada di tempat itu adalah untuk belajar mendampingi kaum muda dari segi spiritualitasnya. Dalam hal ini saya dibantu oleh tim Retret setempat juga oleh teman-teman yang berintensi sama.

Inilah beberapa catatan refleksi yang bisa saya bagi. Memang catatannya agak personal dan terlalu jujur, namun saya berharap bahwa tulisan-tulisan ini dapat menjadi berkat bagi siapa pun yang membacanya.

salam damai

SK - Hari 1: BERBEDA


Pk. 17.35 adalah saat pertama aku menginjakkan kaki di negeri pempek ini. Kesan pertama yang kujumpai adalah adanya perbedaan. Bandara ini jauh lebih bagus dari ekspektasiku. Mungkin karena referensiku selama ini adalah bandara nan imut di Semarang. Well, apapun juga, harus kuakui, Jakarta yang konon megah ternyata kalah (malu nih ye!!!).
Setelah mengambil koperku, yang berikutnya kutuju adalah Galuh. Ini dia, malaikat yang menuntun aku hingga aku dapat sampai di Palembang. Kuingat ketika pertama kali dia mengajak kenalan: “Ini Galuh. Kenalan dooong…!” di sela-sela obrolan kabel tumpang-tindih antar YDCers, tgl 24 Mei 2006 pk.21:22. Relasi kami bertumbuh terus. Kami bisa saling cerita dan saling memimpikan satu sama lain. Sayang, kami selalu dibatasi kabel dan satelit hingga tak pernah bisa saling memandang. Ini pula yang sedikit mengkhawatirkanku, tapi aku yakin, pasti ada cara hingga aku dapat menemukannya. “Kita nunggu di kedatangan internasional!” serunya via HP. Ok, dan akupun beranjak. Tak lama kususuri bandara, kulihat seorang gadis bersebelahan dengan seorang pemuda. Tersenyum ramah. Tak salah lagi, “Ini pasti Galuh”. Gadis itu tertawa.
Kami berdua tertawa bersama. Mengapa? Ya karena gambaran yang sudah melekat dalam benak kami sungguh berbeda. Gambaran tentang Galuh yang kuperoleh dari orang-orang sama sekali tidak menggambarkan dia yang sesungguhnya. aku yakin, dia pun berpikiran sama. Setelah mendengarkan beberapa kalimat yang terlontar dari mulutnya, yakinlah aku bahwa ini juga suara yang nyerocos di telponku.
“Kak, nanti langsung ikut Adorasi ya!” katanya di sebelah Mas Iin yang mengemudi. Inilah Galuh… inilah Galuh… inilah Galuh… ini Galuh (sengaja dibikin GR dulu biar jerawatnya nambah!) kucoba membuang gambaran tentangnya yang pernah kubuat dan mengisinya dengan figur dia yang sekarang ada bersamaku. Aku tak mau bila gambaran fisik yang berbeda sampai mengurangi rasa penghargaanku terhadapnya, dan akupun tak mau bila yang sebaliknya terjadi. Lagipula, persahabatan dalam kamusku tidak pernah mengenal SARA (Suku, Agama, Ras,… Anatomi %^&*@??).
Pk. 17.55 aku tiba di RR Giri Nugraha. Aku langsung diantar ke tempat tinggalku yang sementara. “Prevot” nama tempat itu. “Salam jumpa Pangeran Kesederhanaan” ucapku dalam hati. Kesederhanaan selalu melekat dalam benakku tatkala aku mengunjungi tempat yang tidak berorientasi pada harta. Memang tempat yang kubayangkan sekali lagi berbeda. Kutempatkan koperku di kamar tengah. Akupun beranjak bersama Galuh ke tempat adorasi. RR ini njlimet, pasti butuh waktu beberapa hari sampai aku, si orang bodoh ini, dapat mengenalnya.
Adorasi bergaya Taize ini hanya membawa pikiranku melayang kembali ke Jakarta dimana aku dipercaya untuk mengkoordinir KDM Tz. Yang pasti aku menahan diriku untuk tidak tampil belagu, meski secara tidak sadar kadang aku menyanyikan lagu-lagunya untuk suara yang alto atau tenor. aku tahu, aku hanyalah orang asing disini dan aku mau belajar sesuatu dari tempat ini. aku yang belajar, bukan aku yang mengajar.
Malam itu juga, Rm.Haryoto memberitahu bahwa tulisanku “Bocah Kecil di Kamar Pengakuan” dimuat di majalah HIDUP. Skeptis aku bersikap karena aku tidak mendapat kabar dari redaksi dan aku sendiri tidak melihatnya. aku hanya bersyukur bahwa itu terjadi dan aku bahagia bila itu berguna.
aku juga ngobrol banyak dengan Galuh. Kami berdua kagum dengan keajaiban, bagaimana kami bisa saling percaya satu sama lain tanpa pernah bertatap muka. “Segitu kuatnya ya persahabatan itu?” kata Rm.Santoso. Itulah yang terjadi. Ada perbedaan konsep persahabatan yang kami rasakan yang berbeda dengan yang biasanya terjadi, dan itu harus kami akui dan kami terima. Sebagai pengikut Kristus, aku semakin percaya bahwa cinta kasih dapat menyatukan orang, siapapun dia.
Malam sebelum aku tidur, kutuliskan pada selembar kertas kecil:
“Ingatlah, bahwa kamu datang ke tempat ini bukan untuk mengajar, melainkan untuk diajar.
Karena itu, letakkanlah hatimu di tempat yang paling rendah yang dapat kamu jangkau, supaya kamu belajar menjadi rendah hati, tidak hanya di hadapan sesamamu namun juga di hadapan Tuhan.”
Tulisan ini kutempelkan di dekat pintu supaya aku selalu melihatnya, membacanya dan mengingatnya.

Inilah misi yang kubawa. aku mau belajar menjadi orang yang rendah hati. Selama ini aku memang tidak (merasa) sombong, namun aku tidak pernah sungguh-sungguh menyadari apa rasanya atau seperti apa menjadi rendah hati itu.
Hari ini aku belajar, bahwa orang yang rendah hati harus berani membuka diri terhadap perbedaan, harus berani menerima perbedaan, dan akhirnya harus mau membaur dengan perbedaan itu sendiri.

SK - Hari 2: PERCAYA dan TAK PERCAYA


Hari ini aku berjumpa dengan orang-orang yang tidak mempercayai maksud dan tujuanku datang ke tempat ini. Bahkan kata seorang teman, pastor parokiku sendiri menyuruhnya melaporkanku bila aku menceritakan hal-hal yang buruk (sebegitunya kah? Tapi apa yang kupunya hingga orang percaya padaku?). kuterima ini sebagai sebuah rambu-rambu. aku yakin, Beliau bermaksud baik, dan baik juga bagiku sendiri supaya aku tidak tergoda untuk membicarakan hal-hal yang buruk yang tidak berguna. Romo dari paroki lain yang juga kujumpai malah menyuruh aku pulang saja, “Ngapain kamu di sini? Nggak enak, mendingan kamu pulang aja ke Jakarta!” serunya. Juga ada Sr.Teresito yang malah mengatakan: “Bocah edan, ngapain sampe sini?!”
Tuhan, terima kasih atas ketidakpercayaan mereka. Biarlah itu terjadi. Tidak semua maksud baik dapat langsung diterima mentah-mentah. aku dapat memahami ketidakpercayaan mereka. Barangkali mereka juga masih menyimpan imageku yang terakhir ketika mereka melihatku. aku yang kecil n polos tak berdaya. Barangkali ada juga rasa tidak percaya bahwa aku akan mengemban tugas yang begitu mulia. Ya, siapa aku sampai Tuhan mau menggunakanku? Namun aku ingat banyak tokoh besar dalam KS yang mempertanyakan diri mereka tatkala Tuhan mengutusnya. Tapi Tuhan tidak peduli, karena Ia percaya pada mereka dan tetap memberikan pada mereka tugas perutusanNya.
Manusia seringkali tidak mempercayai Tuhan, namun Tuhan selalu mempercayai manusia dan itu sebabnya Tuhan selalu berkenan hadir dan tinggal dalam hati manusia.
Tuhan, ajarilah aku percaya kepadaMu, bahwa Engkau akan menolongku dalam tugas-tugasku di tempat ini. Hanya satu yang kupinta Tuhan, bahwa bukan aku lagi yang muncul di hadapan setiap orang yang kujumpai, melainkan Engkau sendiri yang terpancar melaluiku. Tuhan, ajarilah aku rendah hati dan tidak menyombongkan diri, karena aku tahu semua hal yang baik berasal dari cinta kasihMu sendiri. Bantulah aku menyadari bahwa dengan sikap ketidakpercayaan yang kuterima ini, tak ada alasan bagiku untuk menjadi sombong melainkan rendah hati. Tuhan, ajarilah aku untuk percaya kepadaMu sebagaimana Engkau percaya kepadaku, agar dengan demikian aku mampu merendahkan hatiku dan meninggikan Engkau.

SK - Hari 3: AKRAB

Hari ini aku diajak Rm.Kris jalan-jalan ke Komunio, Keuskupan dan Seminari. Hari ini juga pertama kalinya aku berjumpa dengan Rm.Sugi tanpa batas kabel dan satelit. Kulihat hari ini betapa orang-orang begitu akrab berjumpa satu dengan yang lainnya. Juga mereka yang berjumpa denganku mau menjadi akrab denganku. Inilah salah satu nilai yang kurindukan dari kota Jakarta yang selalu penuh egoisme.
Tuhan, hari ini aku belajar, orang yang rendah hati adalah orang selalu akrab dengan orang lain termasuk orang asing sekalipun. aku jadi ingat kisah si Samaria yang baik hati. Mengapa demikian? Tuhan, semoga aku dapat menemukan jawabannya.

SK - Hari 4: MEMANCING


Pagi ini aku ikut Misa di kapel bawah. Lidya, seorang YDC, berbaik hati menemaniku. Meski kami tak banyak bicara, namun aku melihat dia rela melakukan itu semua. Tiba-tiba ada Sr.Fausta yang duduk disampingku. Naluri isengku mulai bergejolak lagi. Aku tidak mengatakan apa-apa namun hanya tersenyum sampai Beliau menyadari siapa yang duduk di sebelahnya. Hahaha….dan sekali lagi aku mendapat kesan “tidak percaya” akan keberadaanku. Selesai Misa, aku pulang sebentar dan berkunjung ke biaranya, sekedar menjalankan wangsit yang Beliau ultimatumkan: “Awas kalo ngga main ke rumah, dosa kamu!”
Menjelang siang, hpku ribut terus. Rupanya sedang ada kegiatan di Provinsial SCJ dan aku diminta kesana oleh Rm.Sugi. Karena memang aku juga tidak ada kegiatan, maka aku ke sana (tentu saja dengan perantaraan orang-orang yang baik hati). Di sana sedang ada pertarungan memancing antar para Romo dan Bruder. Dengan rasa ngantuk dan bosan, aku coba melihat apa yang membuat mereka begitu heboh dan getol dengan memancing ini. Bahkan Rm.Sukadi yang gembar-gembor mau “kembali kerja” akhirnya bertekuk lutut juga di hadapan pancingannya. aku memperhatikan bagaimana mereka menunggu sambil berseda gurau dan saling menjatuhkan dan menyemangati. Berbagai strategi mereka kerahkan. Ada Br.Wid yang berkali-kali pindah tempat namun kurang beruntung. Bahkan ada juga yang kesal karena pancingannya nyangkut di kangkung sampai nyebur ke tengah empang. Ada juga yang mengerahkan tenaga dengan dasyat untuk melempar kail ke tengah, apa daya tenaganya terlalu kuat hingga kail pun bergeser lagi ke tepian. Hahaha…kasian dech lu… Lama-lama aku menikmati juga kegiatan mereka. (Oh ya, aku juga ketemu Br.Gatot “toeeng”. Maaf ya Br, jika aku tidak seperti yang Br bayangkan)
Hari ini aku juga dibawa Rm.Kris untuk ikut E-Club YDC. Intinya Beliau ingin memancing supaya anak-anak muda berani menggunakan bahasa Inggris yang telah mereka pelajari. Memancing keberaniannya, memancing juga kegagalan dan keberhasilannya.

Refleksiku kali ini kutulis dalam bait-bait dan kupersembahkan khusus buat Romo2 dan Br SCJ yang memancing hari ini. Tanpa kalian, mungkin aku takkan pernah mendapatkan refleksi ini:

Kami ikan-ikanMu, Tuhan
Menanti Engkau mengulurkan kailMu
Kami rindu akan umpan yang Kaulontarkan
Menggoda kami untuk mendekatiMu

Meski kami tahu
MotivasiMu untuk memancing
Tak pernah untuk mengambil kehidupan
Melainkan untuk memberikan kehidupan
Yang bahkan lebih baik

Kami ikan-ikanMu, Tuhan
Yang berotak mungil dan beriman kerdil
Kadang mencoba mengingkari diri
Meski tahu ada umpan yang segar dariMu
Kami malah berenang menjauh
Dan mencari umpan-umpan yang lebih menarik

Menarik karena kenikmatan lezatnya
Menarik karena kekayaan warnanya
Menarik karena kehormatan janji tahta aquarium

Syukurlah Tuhan
Engkau pemancing yang sabar
Engkau tak henti-hentinya menanti kami
Mencari segala cara untuk mendapati kami

Engkau berulang kali mengganti
Umpan kecil umpan besar
Engkau berpindah dari satu tempat ke tempat lain
Dari satu situasi ke situasi lain
Engkau mengubah caraMu melempar kail
Kadang dekat kadang jauh
Begitu jitu Engkau mencari kami

Barangkali tak jarang pula Engkau kesal
Jengkel karena ulah niat kami
Yang hanya meledek menikmati sebagian umpanMu
Dan meninggalkannya
Atau bahkan menghabiskannya
Tapi sok pintar
Dan tak mau ikut ‘jerat’ suciMu

Tuhan,
Kami ikan-ikanMu
Masih bolak-balik berenang di empang keruh dunia
Semoga belas sabarMu
Senantiasa memancing kami
Mendekati umpanMu
Dan membiarkan diri kami
Terpancing oleh cinta kasihMu

RRGN4/3/7

SK - Hari 5: BERBELAS KASIH


Hari ini aku merasakan bahwa Allah berbelas kasih kepadaku. Apa itu belas kasih? Apakah belas kasih selalu bermakna memberi kepada yang lebih lemah? Ternyata tidak. Belas kasih kumaknai seperti ini:
Belas = memberi = memenuhi kerinduan
Kasih = tanpa syarat
Maka berbelas kasih berarti memenuhi kerinduan tanpa syarat apapun.
Hari ini aku merasa bosan. aku hanya mendekam di kamar bersama buku-buku yang kubawa. Semakin kusadari betapa aku memang tidak penting bagi orang lain, namun aku mencoba menyadari bahwa Tuhan sedang memandangku dengan penuh belas kasih. Ia sudah memenuhi kerinduanku untuk pergi ke tempat ini tanpa syarat. Sedangkan aku? Sudahkah aku berbelas kasih kepadaNya? Memenuhi kerinduanNya tanpa syarat?
Tuhan, berikanlah aku hati yang peka supaya aku mengenal apa yang menjadi kerinduanMu terhadapku. Dan bilamana aku menemukannya nanti, bantulah aku untuk dapat memenuhinya tanpa syarat.
Hari ini aku belajar, salah satu ciri khas orang yang rendah hati adalah mau berbelas kasih terhadap sesamanya, terutama terhadap Tuhan. Tidak hanya cinta kasih yang kita berikan kepada Tuhan, namun juga belas kasih bagi Dia.

SK - Hari 6: “ALLAH MEMBERI PERHATIAN”


Ini hari pertama aku mendampingi retret. Lumayan, cukup berhasil meski belum baik. maklum, kan edisi perdana. Hari ini kurasakan bagaimana Allah memberi perhatian kepadaku lewat orang-orang yang hadir di sekitarku. Terima kasih Tuhan. Lalu bagaimana denganku? Sudahkah aku memberi perhatian kepada mereka di sekitarku?
Orang yang rendah hati adalah orang yang memberikan perhatian kepada orang lain. Mengapa? Karena mereka tidak pernah mementingkan diri mereka sendiri. Mereka menempatkan orang lain lebih dahulu. Inilah jawaban atas pertanyaan di hari ketiga. Maka, kalau aku masih mementingkan diriku, aku belum rendah hati. kusadari bahwa aku memang sering egois, terlalu asyik dengan diri sendiri hingga lupa memikirkan orang lain. Tuhan, bantulah aku untuk mulai merendahkan hatiku dengan memperhatikan orang-orang yang ada di sekitarku, karena di dalam mereka, Engkau hadir untukku.

SK - Hari 7: MANUSIA ITU LEMAH


Hari ini entah apa sebabnya, aku merosot jatuh di tangga menuju aula. Kepalaku terbentur anak tangga sebanyak 4 kali. Persis seperti film kartun Tom and Jerry yang konyol. Segera aku meraih pegangan tangga. Sedikit pusing aku mencoba bangun. Punggung dan kepalaku sakit. Sementara aku mendengar Sr.Beatrix yang berseru dari jendela aula. Entah apa yang dikatakan Beliau, yang jelas aku masih berusaha “mengumpulkan nyawaku”. Setelah merasa kuat, aku pun tertawa. aku tertawa karena merasa bodoh. Lha iya, wong nggak ada angin nggak ada hujan kok jatuh. aku tertawa, akhirnya aku bisa jatuh juga setelah sekian lama aku tidak jatuh, bahkan aku tidak ingat kapan aku jatuh terakhir kalinya. Syukurlah aku tidak apa-apa, hanya memar di beberapa tempat. Yang pasti aku tertawa puas, menertawakan diriku sendiri yang jatuh dengan konyol. Hahaha…
Tuhan, terima kasih atas pengalaman jatuh yang Engkau berikan. aku semakin sadar bahwa tanpa Engkau, aku bukanlah apa-apa. Terima kasih pula karena Engkau masih melindungiku hingga aku dapat berkaca dan menertawakan diriku sendiri. aku tidak malu meski banyak orang melihat aku jatuh dan mengolok-olok aku. aku yakin, Engkau sahabatku yang baik, pasti juga ikut tertawa di Surga sana. Tapi aku nggak marah, Tuhan. Lha wong memang lucu, aneh bin ajaib sih. Memang aku mengakui bahwa aku ini lemah, bahwa manusia itu lemah. Tanpamu aku bukan apa-apa. Dan seperti yang dikatakan dalam permenungan Rm.Noel SDB (klo gak salah):
CHRISTIAN = CHRIST + I + Am + Nothing = without “Christ” I am nothing. Tanpa Kristus, aku bukan apa-apa, bukan pula pengikutNya.
Tuhan, semoga dengan pengalaman ini, aku makin rendah hati.

SK - Hari 8: KECEMPLUNG


Hari ini aku sudah mulai di percaya untuk memegang sesi berdua dengan Rm.Wahyu, hanya saja karena ada kesalahan, Beliau malah meninggalkanku yang cengo bingung abis ngga tahu harus ngapain (Desigh!!!). Tapi untung masih ada Sr.Erik yang mau membantu. Sebagai imbasnya, aku harus membantunya dalam ibadat malam nanti. Yo wis, terima saja wong dah kedarung kok, nyemplung aja sekalian. Soal dinamika kelompok, hmm..begitulah, keluar liar dan hasrat kekanak-kanakanku. MKKBS = Masa Kecil Kurang Bahagia Sejahtera. Tapi temen gendhenkku banyak kok disana, contohnya… (hayo yang ngerasa, angkat jempol kaki!!!)
Eh, soal Sr.Erik, aku denger ada beberapa suara yang mengatakan hal-hal yang kurang baik terhadap sikap Beliau. Kalau wajah sih jangan ditanya. Sama seperti aku, wajah bisa sangar-sangar ngenes, tp hatinya baik….gubrak! Nah, makanya aku nggak peduli dengan apa yang dikatakan orang. kucoba menerima semua informasi itu, namun tidak kuyakini 100%. Itu kan pendapat mereka. Pendapatku mungkin berbeda. Lagipula aku juga belum terlalu mengenal Beliau. aku yakin Beliau tidak akan ada di bawah kongregasi yang bernama “cinta kasih” bila Beliau tidak memiliki cinta kasih. Kalau langsung kuterima, itu namanya berasumsi. Asumsi itu baik dalam batas-batas kewajaran, tapi tidak baik bila sampai pada batas-batas kekurangwajaran.
Hari ini aku juga sedikit jengkel karena kudengar beberapa orang mempertanyakan keberadaanku. Masalahnya bukan lagi ketidakpercayaan, namun mereka mengangkat juga persoalan SARA. Mereka mempertanyakan mengapa aku mau pergi dan melayani di tempat ini. Apa ada maksud tertentu? Kok mau-maunya dia kerja disini? dan bagiku yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika mereka yang terlibat dalam pembicaraan itu tidak mau mengatakan yang sejujurnya apa yang telah mereka bicarakan.
Tuhan, malam ini mataku berkaca-kaca, aku sedih sekaligus kecewa, dan juga agak marah. Mengapa orang tidak bisa menerima bahwa aku memang berbeda. aku berbeda bukan karena keinginanku. aku tidak pernah minta dilahirkan dengan tingkat sosial ekonomi seperti ini. aku “nyemplung” ke bumi begitu saja. Engkau yang menempatkanku. Apakah ada kesalahan dalam penciptaanku?
aku tahu mungkin mereka merasa risih dan sungkan untuk bergaul denganku. Namun mereka pasti tidak tahu, bahwa sebenarnya akulah yang takut untuk bergaul dengan mereka. aku ingin berteman dengan mereka, hanya saja aku tak tahu bagaimana caranya untuk menembus dinding-dinding mereka. aku takut bila mereka menempatkanku di atas mereka. aku takut bila mereka tidak percaya padaku. aku takut bila mereka minder denganku. Padahal, justru aku yang minder dan takut dengan mereka. Mungkin aku hanya salah satu orang aneh yang berpikir seperti ini.
Mungkin sebaiknya aku kembali saja ke “dunia”ku di seberang pulau ini. Tapi itu namanya PENGECUT. Tuhan, aku tidak mau pulang. aku bukan mau membuktikan bahwa diriku hebat dan aku bisa berada di antara mereka yang berbeda. aku hanya ingin menjadi bukti bahwa cinta kasihMu itu tidak pernah mengenal batasan-batasan manusiawi. Justru bila itu terjadi, PuteraMu sendiri tak akan pernah mengejawantah dengan sosok “Yesus”.
Tuhan, bantu aku untuk tabah. Bantu aku untuk melihat bahwa hidup ini adalah anugerahMu, apapun dan bagaimanapun bentuknya. Sekian banyak kebaikan yang ada dalam hidupku, masakan aku melihatnya sebagai kesalahan? Tidak Tuhan. aku yakin ada sesuatu yang sedang Kaurajut dalam diriku. Semoga kelak, aku melihatnya sebagaimana Engkau melihatnya.
Mataku menatap pada salib, dan kulihat bagaimana Ia memandangku seraya berkata: “Ini semua demi engkau…demi engkau…demi engkau…”
Sekali lagi permenunganku ini kubawa dalam bait:

-Demi aku-

Tuhan, demi aku
anak kecil yang tiada berdaya ini
Kaupeluk dan Kaudekap
Wajahku kubenamkan pada dadaMu
Dan kubiarkan janggutMu menutupi kepalaku

Tuhan, demi aku
Kau memelukku dengan sedemikian
Hingga seluruh badanku luput dari cambukkan
Kau malahan menjadikan punggungMu perisaiku
Kau biarkan cambuk-cambuk menoreh punggungMu
Sementara aku dapat tidur nyenyak dalam dekapanMu

Tuhan, demi aku
Kau memegang erat kepalaku
MenutupiNya dengan tanganMu yang besar
Kau sembunyikan kepalaku di bawah daguMu
Kau biarkan aku aman mengecup aroma leherMu
Sembari Kaubiarkan mahkota duri menancap kepalaMu

Tuhan, demi aku
Kau mendekapku dan merangkul pula “tahta mati”Mu
Tertatih sulit mengatur keduanya
Kau berusaha supaya aku tidak terantuk tanah
Meski untuk itu Kau terpaksa jatuh
Sekali lagi tubuhMu menjadi penopang salib itu
Agar tidak menimpaku yang rapuh ini

Tuhan, demi aku
JubahMu ditanggalkan bagiku
Kau selimuti aku dalam jubahMu
Supaya aku merasa nyaman dan tidak malu
Meski untuk itu Kau menanggung aib
Karena bukan lagi kegagahan agungMu yang nampak
Namun hanya kekalahan dan kelemahan

Tuhan, demi aku
Kali ini aku tak terelakkan
Namun masih juga Kau berusaha
Menjadikan diriMu selubung nyawa untukku
TanganMu Kaurentang di atas tanganku
KakiMu di atas kakiku
Sehingga paku-paku itu
Menancap dan merobek tangan dan kakiMu
Lebih dahulu

Tuhan, demi aku
Habis-habisan Kau mengerahkan
Segala daya upaya
Agar aku aman dan nyaman
Dalam menjalani hidup ini
Yang sering kali terasa kejam dan sadis

Rrgn-fml 8/3/7

Tuhan, aku sudah “nyemplung” di tempat ini, dan bersama Engkau, aku mau berenang meski harus belajar menerima resiko ‘tenggelam’.

SK - Hari 9: TUHAN ITU PENUH KASIH


Hari ini Galuh dan aku kesulitan makan, pasalnya kami pantang daging sementara makanan yang disajikan berdaging semua. Apa boleh buat, jadilah kami berdua tertawa karena hanya bisa makan nasi putih + krupuk sambil menyanyi: Tuhanlah Gembalaku, aku takkan kekurangan. Hahaha… (Galuh inget ngga? Ndeso!)
Tapi malamnya ada si Sahala ‘AA’ yang membelikan nasi goreng untuk kami. Hei, siapa dia? Katanya nanti akan menjadi rekanku. Heh, kok serem amat? Dah gede, item pula. Eit, tapi itu fisiknya. Hatinya siapa yang tahu? (ya nggak A?)

SK - Hari 10: BERANI MERENDAH DI HADAPAN PUJIAN


Hari ini aku mendapat 2 pujian. Pertama dari Sr.Beatrix: “Pokoknya saya percaya pada kamu!” dan Rm.Wahyu: “Tadi ceritamu bagus, anak-anak tertarik”
Tuhan, terima kasih atas pujian yang kuterima hari ini. Pujian itu kupersembahkan kembali kepadaMu karena hanya Engkau saja yang pantas untuk menerimanya. Engkau sendiri yang membuatku berguna bagi orang lain. TanpaMu, aku tak dapat melakukan semua itu.
Tuhan, berilah aku kerendahan hati, supaya aku selalu menyadari bahwa pujian bagi manusia adalah pintu gerbang untuk memuliakan Dikau. Bila aku dipuji, berilah aku menyadari bahwa Engkaulah yang sedang dipuji. Bila aku memuji, berilah aku menyadari bahwa Engkaulah yang sedang kupuji. Semua pujian yang baik terarah kepadaMu.
Tuhan, aku mohon ampun, karena aku lupa mengucapkan terima kasih kepada mereka. aku lupa berterima kasih kepadaMu karena Engkau sudi menggunakan aku, hamba hina dina dari yang hina dina.

SK - Hari 11: BERANI MEMBERI KASIH LEBIH DAHULU

Hari ini aku bangun kesiangan. Malam harinya aku menunggui anak-anak untuk rekonsiliasi di halaman depan RR. Tapi aku tidak sendiri, ada Sr.Erik. Sambil menatap bintang, aku mencoba membuka obrolan dengan Sr.Erik. Berawal dari pertanyaan Beliau: “Jadi kamu dah rutin tho doa Brevir?” (saat itu aku membawa buku bvr). Lalu kami mulai berbincang. Aneh, biasanya bila aku bertemu dengan orang asing, aku membiarkan dia yang bercerita terlebih dahulu. Tapi kali ini, tampaknya itu tidak akan berhasil. Maka aku membiarkan apa yang ada dalam pikiranku untuk meluncur keluar. Dan ternyata,… Sr.Erik pun mulai bercerita banyak hal. Di situ aku merasakan adanya keterbukaan dari Beliau, dan yang pasti, informasi yang dulu kuterima tentang Beliau tidak paten, 100% telak. Nah kan…?! Akhirnya ada beberapa hal yang tidak pernah kuceritakan kepada orang lain namun kuceritakan kepadanya. Untuk saat ini, privasi menjadi tidak penting bagiku, karena aku justru mengalami cinta kasih pada saat ada keterbukaan dan rasa percaya satu sama lain.
Tuhan, terima kasih, hari ini aku belajar, bahwa orang yang rendah hati adalah orang yang berani memberi kasih terlebih dahulu. Ia tidak menunggu dikasihi melainkan memberikan kasih lebih dahulu. kuingat bagaimana Engkau terlebih dahulu mengasihiku. Telah kualami kasihMu dalam hidupku melalui orang-orang yang hadir dalam kehidupanku dulu dan sekarang. Tuhan, mohon rahmatMu, agar aku rendah hati dan selalu berani memberi kasih terlebih dahulu.
Anomali Kasih = Kasih adalah sesuatu yang tidak pernah berkurang. Semakin kasih diberi dan dibagikan, semakin kasih itu bertambah dan berlipatganda.

SK - Hari 12: PEDULI AKAN SESAMA

Hari ini adalah hari terakhir untuk gelombang ketiga. aku sudah berani memegang ibd pagi sendiri, juga diberi bagian untuk mengantar saat sesi dengan Sr.Erik. Beliau masih mau tuh diajak bercanda dan ngobrol denganku, malah aku yang dikerjain hehehe… hari ini aku juga mendapat teguran, katanya aku terlalu keras pada adik-adik. Mungkin iya.
Siangnya aku mencuci dan menyetrika bajuku, tentu saja dengan pertolongan malaikat Aris yang memberitahuku dimana dan aku dapat melakukan semua itu dengan lebih baik.
Sore harinya, RR kosong, dan aku berdoa di depan candi. Ada Mas Iin yang lewat dan mengatakan: “Wah, kayaknya dah nggak kerasan nih disini?” aku hanya tersenyum. Tidak, aku cukup enjoy berada di sini. Ah, mas Iin, apakah orang yang berdoa selalu berarti ada masalah? Wah, kasihan dong Yesusnya cuma dikasih bagian yang tidak enak. Tapi, itu kan manusia? aku teringat pada kata-kata yang pernah aku tuliskan dulu:
aku membutuhkan TUHAN di saat aku berduka, supaya aku tahu IA tidak meninggalkanku; namun aku lebih membutuhkan TUHAN di saat aku bahagia, supaya aku tidak meninggalkanNYA
Tuhan, terima kasih, kulihat kepedulian para karyawan RR dalam tiap tegur sapa mereka. Semoga mereka juga mau menerimaku sebagai bagian dalam kehidupan mereka. Terlebih agar di dalam mereka, aku belajar nilai-nilai hidup yang sejati tanpa batas waktu dan tempat. “Ya, Allah baik…Dia baik bagiku. Ya, mereka baik…mereka baik bagiku”

SK - Hari 13: PEKA UNTUK BERBUAT BAIK


Tuhan, hari ini aku tidak peka. Memang aku akui, aku kurang peka terhadap kebutuhan orang lain. Pagi tadi Rm.Wahyu dan Sr.Beatrix mengusikku dengan mengatakan: “Little bit artinya apa ya?” aku sengaja tidak menjawab karena kukira Beliau hanya bercanda, lagi pula pertanyaan memang tidak diarahkan padaku. Setelah berkali-kali bertanya akhirnya aku tergoda juga untuk menjawab: “sedikit!”. “Ooo…” kata Rm.Wahyu (gubrak!!!). Hari ini ada rapat evaluasi, tidak semua hadir. Waktu Sahala datang, aku juga tidak langsung memberitahu hasil rapatnya, padahal aku tahu dia satu tim. Sore harinya aku mau menulis di transparansi tapi tidak ada pena yang khusus. Bukannya ambil sendiri, aku malah minta tolong pada Mas Vincent untuk mengambilkannya.
Tuhan, hari ini aku menyesal, banyak hal baik yang bisa kubuat dan kulakukan sendiri bagi orang lain, namun aku kurang peka. Tuhan, aku sadar bahwa salah satu ciri orang yang memiliki kerendahan hati ialah memiliki kepekaan untuk berbuat baik, tak peduli sekecil apapun perbuatan baik itu. Tuhan, tolonglah aku supaya semakin peka terhadap kebutuhan orang lain di sekitarku. Bantulah aku untuk semakin peka pada kesempatan dimana aku dapat menjadi saluran KasihMu sendiri. Tolonglah aku juga untuk melakukan semua yang masih dapat kulakukan sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain.

SK - Hari 14: “MANUSIA BODOH”


Hari ini aku bangun terlambat lagi (memang di kamusku tak pernah ada perkataan ‘bangun pagi’, yang ada adalah ‘tidur pagi’…dasar burung hantu…). Pagi ini ada Rm.Kris. Kami sharing soal mimpi dan metafisik, lalu Beliau meminjamkanku sebuah buku besar tentang penyembuhan metafisik.
Hari ini juga adalah peringatan hari lahir Pater Dehon ke 154 th. Selamat ulang tahun, Papa! Inilah salah satu tokoh dunia yang begitu memberikan inspirasi bagi kehidupan ini sehingga Beliau dianggap masih hidup dan hari kelahirannya diperingati setiap tahun (such an eternal life). Tentu saja, Beliau hidup melalui orang-orang yang meneladaninya, khususnya para Dehonian yang selama ini berada di sekitar hidup Katolikku.
Hari ini aku dapat jatah libur, dan malaikatku yang baik hati (si Galuh) mengajakku untuk jalan-jalan ke PS. Senang juga, bisa melihat dan membandingkan mall di Jakarta dan di Palembang, selain juga bisa ngerjain si Galuh dan membuatnya tertawa dan melupakan sejenak apa yang sedang membuatnya gusar. Selama berada di sana, aku merasa terusik. Sebenarnya apa sih yang dicari manusia dalam segala gelimangan materi ini? Ya, betul aku akui bahwa materi itu penting sejauh itu untuk menopang hidup. Tapi bila sudah sampai menghamba pada materi, lalu nilai hidup macam apa yang dicari oleh manusia? dan Papa Dehon, apakah yang dulu Papa cari dalam hidup ini, hingga semangatmu masih bertahan dan mengakar dalam diri pengikutmu?
Sore tadi, aku menceritakan pengalamanku kepada Rm.Wahyu. Beliau hanya mengatakan: “Kamu pernah membaca 1 Sam 6?” lalu Beliau mengingatkanku supaya jangan menilai orang dari wajahnya, melainkan dari hatinya…dan desigh!!!...satu tonjokan mendarat tepat di keningku. Spontan aku kaget, terlebih karena aku ingat, pukulan-pukulan terakhir aku terima 4 tahun yang lalu ketika aku masih aktif di THS-THM (ini info ngga penting! Dan tentu saja pukulan senior-seniorku jauh lebih sadis!)
Tuhan, apa sebenarnya yang dicari oleh manusia? Apa juga yang sebenarnya kucari dalam hidup ini? Nggak tahu kenapa, tapi hari ini aku merasa bodoh -sekalipun aku memang bodoh-. aku seringkali dikecohkan oleh keadaan di sekitarku, terutama yang nampak jelas di mataku. Barangkali aku terlalu sering melihat jarak dekat, hanya dengan mata saja, dan tak sampai ke pikiran dan hati. Mungkin ‘si Buta dari Gua Hantu’ memang bijaksana dengan membutakan matanya dan menajamkan hatinya.

SK - Hari 15: JAWABANNYA ADALAH (TIDAK)


Rekor! Lagi-lagi bangunnya kesiangan, dan efeknya seharian, merengut. Hari ini kurang menarik tapi ada sms mengejutkan dari Papa Mul: “Bgm, ada muncul gerak Roh Kudus utk tarekat karya kerasulan aktif?” (gubrak!!!) dan seharian bunyi sms itu menggangguku, meski sudah kujawab siang tadi juga. Sebenarnya bukan pertanyaannya yang mengganggu, melainkan jawabannya. Jawaban yang masih sama. Ataukah aku harus mengubah jawaban itu?
aku juga tadi sempat ngobrol dengan Rm.Bowo. Beliau menceritakan pengalamannya bagaimana Beliau belum merelakan kamera yang hilang beserta file isinya. Beliau mencoba untuk bersikap menerima dan merelakan semuanya itu terjadi, namun rasanya tetap saja ada ganjalan. Memang ternyata bukan kameranya yang menjadi masalah, melainkan apa yang ada di dalamnya. Beliau kehilangan rekaman pengalaman hidup yang ada di dalamnya.
Tuhan, ternyata pikiran manusia itu serupa dengan kamera. Ia hanya merekam apa yang menarik dan mengatakan “Tidak” (=melupakan/membuang) apa yang tidak menarik. Sayangnya, yang tidak menarik itu justru kita sesali dan kita ingini untuk kembali setelah ada orang lain yang memberi makna baru pada gambar itu.
Tuhan, semoga kami berani melihat masa lalu dengan makna masa kini dan terbuka untuk menatap masa depan.

SK - Hari 16: AKU HAUS

Berbeda dengan kemarin. Banyak hal yang kuterima hari ini.
Hari ini aku melihat lebih jauh dalam diri para retretan. Banyak anak yang rindu kasih sayang. Banyak anak yang mengalami kehausan akan keharmonisan dalam keluarga. Bahkan tak hanya itu. Beberapa orang dari tim pendamping/pembimbing retret pun mengalami hal yang sama. Haus cinta kasih; haus belas kasih; haus pengampunan.
Selama mendampingi gelombang ini, pikiranku selalu memunculkan gambaran anak-anak yang hadir disekitarku. Mulai dari murid-muridku di Jakarta, adik-adik PPA dan SEKAMI, sampai teman-teman di SD dan TKku dulu. Sekarang aku dapat lebih memahami, kenapa dulu mereka begitu nakal dan menyebalkan. Itu semua karena bahasa mereka terbatas. Mereka tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan kebutuhan mereka. Mereka hanya dapat mempergunakan apa yang mereka tahu, yakni tubuh mereka. Mereka membahasakan jeritan hati mereka, bahwa mereka haus dan rindu akan kasih. Kenakalan mereka, khususnya anak-anak yang berasal dari keluarga yang berantakan, adalah ‘bahasa protes’ mereka.
Ya, seperti yang sering kurasakan, anak selalu terluka bila melihat orang tuanya bertengkar. Kenapa? Karena anak adalah hasil dari cinta kasih –anak yang dari hasil perkosaan sekalipun, ada dari dasar cinta/rasa suka meski sangat dangkal-. Ketika anak harus melihat dan mendengar orang tuanya bertengkar, mereka sebenarnya melihat bahwa ‘sumber’ cinta kasih mereka mengingkari kodratnya, dan anak menderita lantas mulai bertanya, darimana sebenarnya asal mereka.
Yang hingga kini belum dapat kuterima adalah anggapan bahwa orang tua selalu lebih menderita dalam pertengkaran karena mereka sudah tahu membahasakan perasaan mereka. Menurutku tidak. Lihat saja dalam keluarga Katolik. Suami hanya berhadapan dengan satu orang istri. Istri hanya berhadapan dengan satu orang suami. Tapi anak, mereka berhadapan dengan dua orang, ayah dan ibunya. Sementara mereka dalam posisi yang lemah. Jadi mana yang lebih menderita?
Belum lagi bila terjadi perceraian. Orang tua bilang itu demi kebaikan anak. Si anakpun makin berat bebannya. Mereka seolah menjadi alasan kebaikan, hanya demi keegoisan orang tuanya. Sayang, mereka tidak tahu membahasakannya dan orang tua tidak mengerti bahasa mereka.
Malam tadi, aku juga bertemu Rm.Laton dan Rm.Rusman yang menyatakan rindunya untuk mendengar dan dibagi cerita-cerita dan pengalaman-pengalaman dari orang muda (dariku). Mereka pun haus.
Tuhan, saat kupandang salibMu di kapel ini, kudengar suaraMu yang begitu menderita: “Aku haus!”
Tuhan, kulihat bahwa semuanya ini hendak mengatakan padaku, bahwa Engkau merindukan cinta kasihku. Tuhan, ampuni aku; aku lupa dan kurang sungguh-sungguh dalam doa dan puasa (aku jadi ingat sharing dari Rm.Bowo tentang bagaimana doa dan puasa dapat menyatukan dan menguatkan kita). Tuhan, waktuku tidak banyak disini, namun aku ingin berubah; aku mau melakukan sesuatu untukMu. Tuhan, aku mau menjadi “malaikat” yang rajin berdoa dan berpuasa. Tuhan, kuatkan dan ingatkan aku, bahwa Engkau selalu rindu padaku, bahwa Engkau menanti cinta kasihku. Tuhan, berilah aku kekuatan untuk melawan “kurcaci-kurcaci” yang begitu pandai dan licik ini.
Tuhan, aku mau mencintaiMu, namun aku tak tahu bagaimana caranya dan apakah aku bisa. Tuhan, tolonglah aku supaya aku dapat memberikan air untuk melegakan kehausanMu. Tuhan, aku percaya, di dalam Engkau, aku pasti bisa. Demi Engkau, aku mau, Tuhan. Ke dalam tanganMu pula, kupersembahkan dan kuserahkan keluarga anak-anak dan teman-teman dekatku yang bermasalah. Damaikanlah, agar buah cinta kasih keluarga itu tidak dikorbankan.
Yesus, Maria, Yosef, Para Malaikat, doakanlah kami. Amin.
Orang yang rendah hati adalah orang yang selalu mencari sesamanya yang kehausan dan kemudian ia membagi air kasih dan damai yang ia miliki.